Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) mencatatkan rugi tahun berjalan sepanjang periode semester I/2020. Tiga tekanan pada bisnis Pertamina menjadi penyebab utamanya.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan pada harian Bisnis Indonesia, Senin (24/8/2020), perusahaan pelat merah tersebut mengantongi pendapatan US$20,48 miliar lebih rendah 19,81 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$25,54 miliar.
Per 30 Juni 2020, beban pokok penjualan dan beban langsung Pertamina tercatat lebih rendah 14,14 persen menjadi US$18,87 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$21,98 miliar.
Sementara itu, Pertamina mencatatkan laba kotor senilau US$1,6 miliar per 30 Juni 2020, lebih rendah 55,05 persen dibandingkan dengan realisasi per 30 Juni 2019 US$3,56 miliar.
Pada periode tersebut rugi selisih kurs Pertamina meningkatkan menjadi US$211,83 juta yang pada tahun lalu mencatatkan laba selisih kurs US$64,59 juta.
Dari situ, Pertamina mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$767,91 juta, berbalik rugi dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu US$659,95 juta.
Adapun, total aset Pertamina per 30 Juni 2020 senilai US$70,22 miliar dengan total liabilitas US$40,56 miliar dan jumlah ekuitas senilai US$29,66 miliar.
"Pertamina terkena triple shock yakni dari sisi demand atau penurunan penjualan yang signifikan, harga minyak mentah yang turun sehingga berdampak pada pendapatan di sektor hulu, serta fluktuasi rupiah sehingga terjadi kerugian selisih kurs," kata VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman katanya kepada Bisnis, Senin (24/8/2020).
Namun, Pertamina optimistis hingga akhir tahun akan ada pergerakan positif sehingga ditargetkan laba juga akan positif, mengingat perlahan harga minyak dunia sudah mulai naik dan juga konsumsi bbm baik industri maupun ritel juga makin meningkat.
Selain itu, inisiatif untuk perbaikan internal terus dilakukan dengan tetap melakukan penghematan sampai 30 persen, prioritasi rencana investasi, renegosiasi kontrak eksisting, refinancing untuk mendapatkan biaya bunga yang lebih kompetitif serta meningkatkan tingkat komponen dalam negeri sehingga biaya dari sisi rupiah juga makin banyak komposisinya dan bisa menekan biaya secara umum.
Fajriyah menambahkan bahwa di tengah tantangan 2020, Pertamina tetap konsisten menjaga operasional pelayanan untuk seluruh masyarakat Indonesia dan menjaga ketahanan energi sehingga tetap menggerakkan perekonomian nasional. "Target kami [tahun ini] tetap positif."