Bisnis.com, JAKARTA - PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menurunkan target pendapatan prapenjualan dari Rp4,5 triliun menjadi Rp2,5 triliun pada tahun ini.
Direktur Utama PT Summarecon Agung Adrianto P. Adhi mengatakan pendapatan prapenjualan sepanjang Januari hingga Juli 2020 terealisasi Rp1,3 triliun.
"Kami pangkas menjadi Rp2,5 triliun tahun ini," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (12/8/2020).
Summarecon memproyeksikan capaian marketing sales tersebut bakal disumbang oleh proyek rumah sebesar 60 persen, ruko 17 persen, apartemen 16 persen, dan kantor 7 persen.
Dia menuturkan pemangkasan target tersebut disebabkan kondisi pandemi Covid-19 yang membuat daya beli konsumen melemah. Tekanan ekonomi ini diperkirakan berlanjut dan tentu berpengaruh signifikan pada penjualan properti.
Namun demikian, Summarecon melakukan sejumlah strategi untuk tetap bisa mencapai target yang telah dipangkas.
Saat ini, perusahaan mengutamakan penjualan produk yang sesuai dengan kemampuan konsumen dan mengupayakan metode pembayaran yang lebih mudah.
Selain itu, perusahaan meningkatkan pemanfaatan teknologi digital, seperti launching proyek di Bekasi, Serpong dan Makassar secara virtual dan memanfaatkan visualisasi lokasi properti dengan teknologi digital.
"Yang paling penting pricing dan cara bayar yang harus kita sesuaikan dengan kemampuan daya beli dan tetap menjaga kepercayaan serta kualitas produk yang tidak pernah berubah," kata Adrianto.
Direktur Summarecon Lydia Tjio menambahkan saat ini perusahaan dengan kode emiten SMRA itu fokus pada penjualan unit di kisaran harga kisaran Rp1,4 miliar hingga Rp1,9 miliar yang dinilai memang lebih mudah diserap pasar.
Pada kuartal IV/2020, Summarecon akan me-launching proyek di Bogor dengan kisaran harga Rp1,4 miliar hingga Rp1,9 miliar. Dia berharap dapat membukukan pendapatan Rp400 miliar dari proyek tersebut.
"Summarecon Bogor akan launching pada kuartal empat yang nanti dapat dikembangkan hingga 420 hektare selama lebih dari 10 tahun," ucap Lydia.