Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Perdagangan meyakini dapat meningkatkan ekspor nonmigas melalui produk olahan makanan dan minuman yang dikirim ke berbagai negara di dunia.
Optimisme ini berangkat dari beralihnya tren konsumsi selama pandemi dari produk makanan segar ke produk olahan yang lebih tahan lama.
“Produk mamin [makanan dan minuman] Indonesia merupakan produk yang prospektif dalam mendukung pertumbuhan di sektor perdagangan. Produk mamin sangat dibutuhkan dunia, di antaranya untuk meningkatkan imunitas dan stamina kesehatan masyarakat, terutama pada masa pandemi,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan Muhri melalui siaran pers, Selasa (4/8/2020).
Prospek ini terlihat dari meningkatnya nilai ekspor pangan olahan Indonesia selama Januari-Mei 2020 yang mencapai 2,12 persen dengan nilai US$1,63 miliar.
Sepanjang 2019, ekspor produk mamin Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 7,78 persen. Pertumbuhan tersebut lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan sektor nonmigas sebesar 4,34 persen pada 2019.
Sementara itu, pada kuartal I 2020, pertumbuhannya sebesar 3,94 persen. Kontribusi olahan pangan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pun mencapai 19,98 persen.
Baca Juga
Menurut Kasan, tren konsumen yang selalu berubah pun dapat dimanfaatkan untuk mendorong ekspor mamin olahan sehingga memberi peluang bagi Indonesia untuk terus melakukan diversifikasi atau hilirisasi produk, seperti pada produk berbasis cokelat, rempah, kopi, dan teh.
“Saat ini, produk yang memiliki sertifikasi, indikasi geografis, dan organik memiliki tren yang meningkat di pasar global. Permintaan produk halal juga meningkat, selain karena bertambahnya jumlah penduduk muslim, serta sebarannya juga sudah ada di seluruh dunia,” tambah Direktur Pengembangan Produk Ekspor Olvy Andrianita.
Olvy juga menyampaikan, para eksportir perlu memperhatikan beberapa persyaratan khusus seperti keamanan makanan, termasuk regulasi akses pasar tujuan ekspor dengan persyaratan masuk barang yang makin ketat di negara tujuan selama kenormalan baru.
Tantangan lainnya adalah pengembangan pasar dan produk, yaitu diversifikasi produk mamin olahan sesuai dengan permintaan pasar ekspor, peningkatan nilai tambah produk, selera konsumen internasional, serta hambatan promosi dan penjenamaan (branding).
Untuk periode Januari—Mei 2020, produk ekspor mamin Indonesia yang diminati pasar dunia mencakup olahan makanan, olahan udang, olahan ikan, olahan kepiting, dan pasta. Indonesia merupakan negara pemasok peringkat ke-22 untuk ekspor makanan dan minuman ke dunia, dengan pangsa pasar sebesar 1,28 persen.
Negara tujuan ekspor terbesar Indonesia adalah Amerika Serikat, Filipina, Malaysia, Singapura, dan China. Adapun, negara tujuan ekspor yang mengalami pertumbuhan ekspor positif pada Januari—Mei 2020 di antaranya Kamboja (193,34 persen), Puerto Riko (185,44 persen), Uni Emirat Arab (37,21 persen), Jerman (44,30 persen), dan Myanmar (17,57 persen).