Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Denyut Inflasi Juli Melemah, Penurunan Harga Pangan Membayangi

Secara month to month (mtm), rata-rata inflasi diperkirakan sebesar 0,03 persen dengan estimasi atas 0,17 persen dan estimasi bawah deflasi -0,06 persen.
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Angka inflasi Juli 2020 diperkirakan tertekan seiring dengan lemahnya permintaan dan berlanjutnya tren penurunan harga bahan pangan.

Berdasarkan konsensus Bloomberg, kalangan ekonom memperkirakan rata-rata inflasi secara year on year (yoy) pada Juli 2020 adalah sebesar 1,72 persen dengan estimasi atas 1,90 persen dan estimasi bawah sebesar 1,58 persen.

Secara month to month (mtm), rata-rata inflasi diperkirakan sebesar 0,03 persen dengan estimasi atas 0,17 persen dan estimasi
bawah deflasi -0,06 persen.

Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Alexander Sugandi memperkirakan terjadi deflasi sebesar 0,01 persen (mtm) dan inflasi sebesar 1,09 persen (yoy) pada Juli 2020.

Menurutnya, deflasi terjadi sebagai akibat dari masih lemahnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.

“Deflasi juga terjadi sebagai akibat menurunnya tekanan inflasi dari sisi penawaran, karena mulai meningkatnya pasokan barang dan jasa seiring dengan mulai dibukanya sembilan sektor pada perekonomian Indonesia,” kata dia kepada Bisnis, Minggu (2/8/2020).

Eric menyampaikan komoditas yang mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi di antaranya bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan daging ayam ras.

Kepala Ekonom BCA David Sumual memprediksi inflasi pada Juli 2020 sebesar 1,74 persen (yoy) dan 0,09 persen (mtm). Inflasi rendah ini disebabkan oleh sisi permintaan yang belum menggeliat.

“Di sisi lain, rupiah masih stabil, memang sempat melemah tipis sepanjang Juni 2020 dan sejauh ini produsen belum menaikkan harga karena demand belum pulih.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper