Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II mengoptimalkan aset yang belum termanfaatkan untuk mengembangkan kontribusi bisnis nonaeronautika dan mulai menawarkannya kepada mitra melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
VP Corporate Communication AP II Yado Yarismano mengatakan saat ini kontribusi sektor ini memang masih sekitar 40 persen terhadap total pendapatan perseroan. Namun, dengan memulai langkah optimalisasi aset pada masa pandemi, maka kedepannya ketika industri mengalami titik balik perseroan telah siap memacu pendapatan.
Operator bandara pelat merah tersebut menargetkan mampu memperbesar kontribusinya menjadi sebanding atau justru mengungguli bisnis aeronautika yakni pada kisaran 60 persen.
Bisnis nonaeronautika, lanjutnya, menjadi penting lantaran bisnis penerbangan yang terlalu bergantung kepada regulasi. Alhasil setiap perubahan regulasi akan memberikan dampak yang dinamis kepada aviasi. Ada pola bisnis yang kedepannya tidak terpengaruh trafik.
“Enggak bisa sekarang menunggu pandemi, tetapi saat ini ready. Konsep bandara di luar sudah kami ajukan kepada mitra, tidak menutup kemungkinan ada MICE [meeting, incentive, convention, and exhibition] di bandara. Rebound sudah ada di posisi itu,” jelasnya, Selasa (28/7/2020).
Namun, lanjutnya, perusahaan masih merestrukturisasi pendanaan untuk investasi bisnis dengan mitra strategis yang berjalan dari semula belanja modal di atas Rp8 triliun.
Baca Juga
Dalam rencana kerja samanya, AP II akan melakukan optimalisasi aset melalui kemitraan dengan investor untuk tujuh proyek infrastruktur senilai total Rp16 triliun atau lebih dari US$1 miliar.
Direktur Komersial PT Angkasa Pura II Ghamal Peris mengatakan proyek infrastruktur ini harus sejalan dengan proyeksi membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dampaknya, industri penerbangan dan kebandaraan juga diyakini akan kembali bergairah.
Kerja sama dengan investor dilakukan secara jangka panjang, sampai dengan 25 tahun, agar memberikan balik modal yang menjanjikan bagi investor walaupun dalam masa pandemi.
"Mengacu pada potensi pengembangan bisnis di industri kebandaraan yang semakin dinamis, salah satu upaya akselerasi bisnis yang akan dilakukan adalah dengan melakukan program kemitraan dengan investor yang kredibel di bidangnya, untuk tujuh proyek tersebut dengan total nilai Rp16 triliun atau lebih dari US$1 miliar," jelasnya.