Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Surplus, Ekspor Skala Kecil Perlu Digenjot

Kadin meminta pemerintah untuk memfasilitasi kegiatan ekspor berskala kecil agar beban biaya berkurang. Beberapa komoditas yang bisa diandalkan antara lain bahan olahan setengah jadi seperti bumbu rendah atau rawon.
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA -- Nilai ekspor yang terkerek tipis dalam neraca dagang Juni 2020 memberikan sinyal positif bagi pelaku usaha di Indonesia. Momentum tersebut dinilai perlu dijaga, termasuk dengan memanfaatkan permintaan pasar dari target ekspor skala kecil.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor Juni 2020 mencapai US$12,03 miliar, naik tipis 2,28 persen secara tahunan. Adapun secara bulanan, realisasi ekspor pada JUni 2020 tumbuh 15,09 persen.

Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Handito Joewono mengatakan ekspor bisa meningkat dari penjualan barang-barang dalam skala kecil. Hal itu menjadi peluang bagi pelaku usaha ekspor agar tetap meraup pendapatan di masa krisis akibat pandemi Covid-19.

"Kita harus memanfaatkan orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Contohnya, di Australia. Banyak orang Indonesia di sana. [Peluang] ini yang harus dioptimalkan. Soalnya, zaman sekarang harus mau mengurus ekspor yang receh-receh," ujar Handito kepada Bisnis, Rabu (15/7/2020).

Adapun, beberapa komoditas yang dinilai memiliki peluang sangat baik untuk dijadikan barang ekspor dari Indonesia, salah satunya bahan olahan setengah jadi seperti bumbu rendah atau rawon yang sebagian besar pelaku usahanya berada di segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Australia dinilai sebagai negara tujuan ekspor yang paling baik saat ini. Pasalnya, kata Handito, negara tersebut tidak hanya sudah membuka keran untuk ekspor barang, tapi juga jalur distribusi untuk grosir dan ritel.

"Ini saatnya punya toko ritel di Australia. Targetkan saja 5 tahun ini ada 1.000 toko ritel di Australia. Sekarang harus total football untuk mengembangkan ekspor receh tersebut menjadi bernilai jauh lebih besar," tegas Handito.

Negara tujuan ekspor dengan potensi permintaan pasar cukup baik tersebut tentu saja bukan hanya Australia, tetapi juga meliputi Amerika Serikat, Taiwan, Hongkong, dan Meksiko.

Dalam kaitannya dengan hal itu, kolaborasi antara pelaku usaha dan pemerintah Indonesia dinilai perlu. Handito meminta pemerintah untuk  memfasilitasi kegiatan ekspor berskala kecil tersebut agar beban biaya berkurang. Untuk diketahui, ekspor skala kecil dibebani biaya 5 persen hingga 35 persen.

"Pandemi ini harus menghasilkan manfaat extraordinary, yakni menghasilkan eksportir baru dari kalangan anak muda, UKM, dan perusahaan besar yang belum melakukan kegiatan ekspor ekspor," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper