Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Corona Masih Bayangi Ekspor Impor, Pemerintah Perlu Akselerasi Permintaan Domestik

Meskipun kinerja ekspor dan impor pada Juni 2020 mulai menunjukkan tren positif, kinerja ekspor dan impor dalam beberapa bulan ke depan masih diliputi ketidakpastian dari perkembangan kasus Covid-19 secara global.
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus senilai US$1,27 miliar, terutama ditopang oleh peningkatan ekspor.

Peningkatan ekspor ini didorong oleh beberapa produk unggulan Indonesia, seperti mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85), lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), serta bijih, terak, dan abu logam (HS 26). Ketiganya masing-masing mengalami kenaikan sebesar US$197,2 juta, US$168,6 juta, dan US$146,2 juta.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan kenaikan kinerja ekspor tersebut memberikan indikasi awal bahwa mitra dagang utama Indonesia seperti China dan India mulai menunjukkan pemulihan ekonomi, terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur.

Di samping itu, pada Juni 2020, terjadi kenaikan impor non-migas, yang didorong oleh barang modal, terutama dari mesin dan peralatan mekanis (HS 84) dan mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85).

"Kenaikan barang-barang modal ini menandakan bahwa industri pengolahan di Indonesia mulai pulih seiring dengan pelonggaran PSBB di berbagai daerah, yang sebelumnya juga sudah terindikasi dari PMI Manufacturing Indonesia yang mengalami kenaikan ke angka 39,1," katanya, Rabu (15/7/2020).

Meskipun kinerja ekspor dan impor pada Juni 2020 mulai menunjukkan tren positif, kata Josua, perkembangan kinerja ekspor dan impor dalam beberapa bulan ke depan masih diliputi ketidakpastian dari perkembangan kasus Covid-19 secara global.

Josua menilai pemerintah perlu mengakselerasi permintaan dalam negeri untuk komoditas-komoditas utama ekspor Indonesia, mengingat masih rendahnya harga komoditas ekspor tersebut.

"Dengan adanya peningkatan konsumsi, maka diharapkan harga komoditas global juga ikut terdorong, yang kemudian akan berdampak positif pada nilai ekspor Indonesia," katanya.

Menurutnya, komoditas yang bisa diintervensi pemerintah melalui permintaan adalah crude palm oil (CPO) dan batu bara.

Intervensi untuk CPO dapat melalui percepatan implementasi biodiesel B40, sementara untuk intervensi di batu bara dapat melalui peningkatan kapasitas dari pembangkit-pembangkit listrik yang menggunakan batu bara.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper