Bisnis.com, JAKARTA – Diperpanjangnya masa berlaku hasil tes cepat (rapid test) dan Polymerase Chain Reaction (PCR) diperkirakan bakal mendorong mobilisasi masyarakat dan bisa menggerakkan aktivitas sektor tersebut.
"Perpanjangan ini sangat baik karena memudahkan dan meringankan beban masyarakat yang hendak bepergian," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno saat dihubungi, Senin (29/6/2020).
Sebagaimana diketahui, masa berlaku hasil rapid test dan PCR diperpanjang dari yang mulanya 3 hari dan 7 hari menjadi 14 hari seiring terbitnya Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 No. 09/2020.
Surat Edaran tersebut menggantikan ketentuan perjalanan yang sebelumnya diatur dalam Surat Edaran Nomor 07/2020 tentang Kriteria dan Persyaratan Perjalanan Orang Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19.
Menurut Pauline, masa berlaku hasil tes yang terbatas sempat menjadi kendala bagi konsumen yang hendak melaksanakan perjalanan. Terlebih, lanjutnya, jadwal penerbangan kerap berganti dan bahkan dibatalkan kala pandemi.
"Tak jarang ketika konsumen ingin mengubah jadwal, masa berlaku suratnya telah habis sehingga mereka harus periksa lagi," ujarnya.
Baca Juga
Meski mobilitas masyarakat menjadi lebih fleksibel dengan ketentuan baru, Pauline tak memungkiri jika bisnis agen perjalanan tak serta-merta bisa memetik peluang. Pasalnya, orientasi berwisata masyarakat telah bergeser akibat Covid-19.
Pauline mengemukakan bahwa masyarakat bakal cenderung memilih destinasi wisata jarak dekat dan menghindari perjalanan jarak jauh, termasuk ke destinasi wisata yang ditempuh lewat perjalanan udara.
Orientasi ini disebutnya hanya bisa dinikmati oleh pengelola hotel dan restoran yang dikunjungi oleh wisatawan lokal.
"Sektor pariwisata diperkirakan akan paling lama pulih, terutama agen perjalanan. Dengan pola staycation hampir dipastikan tamu hanya memesan hotel dan jasa travel tidak digunkanan," lanjutnya.
Mengaktivasi bisnis usai berbulan-bulan mati suri karena minimnya pemasukan pun disebut Pauline bukan perkara mudah. Dia mengaku bahwa relaksasi pajak dan stimulus yang diberikan pemerintah belum dirasakan.
"Sekali lagi yang kami butuhkan ialah pinjaman lunak tanpa bunga untuk menghidupkan travel agent. Saat ini kami mempertahankan kelangsungan perusahaan dengan meminjam uang dari bank dan harus tetap membayar cicilan pokok dan bunga yang tak kunjung turun," keluhnya.
Dalam paparan di hadapan Badan Anggaran DPR RI pekan lalu, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan bahwa devisa pariwisata bakal turun di kisaran US$3,3 miliar sampai US$4,9 miliar pada 2020.
Devisa pariwisata ditaksir baru akan pulih seperti sebelum pandemi pada 2024 mendatang dengan nilai US$21,5 miliar sampai US$22,9 miliar.
Sementara pada proyeksi jumlah wisatawan nusantara, Bappenas menaksir jumlah perjalanan pada tahun ini berada di kisaran 120–140 juta, turun dibandingkan jumlah perjalanan pada 2019 lalu yang mencapai 290 juta.
Kendati demikian, jumlah wisatawan nusantara pada 2024 diprediksi dapat mencapai 320–335 juta perjalanan.