Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia berharap agar masuknya kontraktor asing di Tanah Air dapat memberi dampak positif bagi kontraktor khususnya di level kecil dan menengah.
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menggelar pertemuan bilateral dan forum bisnis konstruksi dengan Turki. Dalam kesempatan tersebut, kontraktor Turki menunjukkan ketertarikannya terhadap proyek-proyek infrastruktur di Indonesia, termasuk pemindahan ibu kota negara.
Wakil Sekjen II Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Errika Ferdinata mengatakan bahwa pihaknya tidak mempermasalahkan adanya ketertarikan kontraktor Turki untuk masuk ke Indonesia. Namun, menurutnya, yang penting adalah hal tersebut dapat memberi manfaat untuk kontraktor dalam negeri khususnya di kategori kecil dan menengah.
"Ibaratnya membantu kontraktor kecil dan menengah untuk hidup kembali," ujar Errika kepada Bisnis, Rabu (24/6/2020).
Errika berharap supaya nantinya juga akan diatur mekanisme jika akan ada kerja sama agar bisa memberi manfaat yang signifikan. Pasalnya, selama ini belum ada manfaat yang maksimal dari keberadaan kontraktor asing kepada kontraktor kategori kecil dan menengah di Tanah Air.
"Jangan sampai kita hanya jadi penonton! Itu intinya. Kita terbuka dan diajak serta manfaatnya signifikan, kalau hanya syarat, tapi tidak signifikan, buat apa?"
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Joseph Pangalila mengatakan bahwa AKI berharap proyek-proyek yang bisa dikerjakan perusahaan Indonesia tetap dikerjakan oleh perusahaan Indonesia.
"Perusahaan asing disarankan masuk ke proyek-proyek investasi atau PPP [private public partnership]," kata Joseph kepada Bisnis, Rabu (24/6/2020).
Ketika dihubungi secara terpisah, Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Trisasongko Widianto mengatakan bahwa kontraktor Turki yang berminat masuk ke Indonesia dapat terlibat untuk proyek pembangunan infrastruktur.
"Untuk paket international competitive bidding dan bila dimungkinkan dalam dokumen lelangnya, maka semua bisa masuk. [Manfaatnya ke kontraktor dalam negeri] biasanya KSO [kerja sama operasi], bisa transfer, dan sharing ilmu atau pengalaman," ujarnya.
Sejauh ini, perusahaan-perusahaan Turki telah menggarap proyek konstruksi di 126 negara senilai US$395 miliar. Namun, belum pernah ada perusahaan Turki yang berinvestasi atau mengerjakan proyek konstruksi di Indonesia.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyambut baik minat kontraktor Turki untuk terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia seperti proyek bendungan, jalan tol, dan pemindahan ibu kota negara.