Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah berita menjadi topik utama harian Bisnis Indonesia hari ini, Selasa (23/6/2020), di antaranya mengenai tekanan ekonomi yang menekan profitabilitas bank kecil serta kekhawatiran resesi tahun ini akibat pandemi Covid-19.
Berikut ini ringkasan sejumlah topik utama hari ini:
Bank Kecil Kian Terimpit. Tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19 berpotensi mempercepat penurunan profitabilitas bank kecil yang masuk kategori BUKU I dan II. Kondisi tersebut membuat langkah konsolidasi kian mendesak untuk segera dilakukan.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank umum kelompok usaha (BUKU) I dan II kompak mencatatkan penurunan laba bersih pada kuartal I/2020 masing-masing sebesar 61,24% dan 12,06% (year-on-year/yoy).
Ancaman Resesi Makin Nyata. Bisnis, JAKARTA — Kekhawatiran mengenai adanya resesi pada tahun ini makin nyata menyusul proyeksi dari pemerintah terkait dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020 dan kuartal III/2020 yang berkutat di zona negatif.
Pada kuartal II/2020 pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi -3,8%. Adapun kuartal III/2020, estimasi bawah pemerintah sebesar -1,6%.
Subsidi Listrik 2021 Berpotensi Lebih Rendah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memperkirakan alokasi yang dibutuhkan untuk program subsidi listrik pada tahun depan berkisar Rp54,11 triliun—Rp56,27 triliun.
Rentang angka tersebut lebih rendah dari outlook realisasi subsidi tahun ini yang mencapai Rp58,8 triliun. Adapun, hingga April 2019, realisasi subsidi listrik mencapai Rp15,64 triliun dari alokasi APBN 2020 senilai Rp54,79 triliun.
Relaksasi Tkdn Gadget Kurang Gereget. Rencana perubahaan proporsi penghitungan nilai dalam aturan kewajiban tingkat komponen dalam negeri (TKDN) produk elektronika dan telematika dinilai tak akan cukup efektif menarik investasi asing ke sektor tersebut.
Industri Penerbangan Global: Nasib Pilot Saat Pandemi. Pada tahun lalu, Boeing Co. memperkirakan maskapai penerbangan akan membutuhkan 800.000 pilot selama 20 tahun ke depan untuk memenuhi euforia perjalanan ke Asia. Kini setelah pandemi virus corona menyapu industri penerbangan global, rencana serapan itu tinggal isapan jempol belaka.