Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Covid-19, Jadi Momentum Investasi Properti

Colliers International Indonesia menilai investasi properti saat pandemi Covid-19 adalah hal yang tepat karena posisi tawar pembeli lebih besar daripada penjual.
Pekerja beraktivitas di salah satu proyek pembangunan perumahan di Depok, Jawa Barat, Selasa (31/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas di salah satu proyek pembangunan perumahan di Depok, Jawa Barat, Selasa (31/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Berinvestasi di saat krisis, seperti sekarang akibat pandemi virus Corona memang harus lebih berhati-hati. Investasi properti bisa menjadi pilihan yang tepat, terutama bagi mereka yang memang sudah melakukan persiapan dengan matang.

Senior Director Office Service Colliers International Indonesia Bagus Adikusumo mengatakan bahwa saat ini sedang menjadi buyers/tenant market, ketika posisi tawar pembeli lebih besar daripada penjual. Termasuk properti perkantoran, menurutnya tetap menarik untuk dijadikan investasi meskipun pasarnya tengah lesu beberapa tahun belakangan.

“Jadi sekarang ini orang yang sudah punya duit, kalau mau investasi justru timing-nya sekarang. Karena sekarang ada ada pihak-pihak yang perlu menjual propertinya karena ada kebutuhan. Itu kesempatan buat pembeli, ketika nanti 2024-2025 perekonomian sudah baik, harganya bisa naik lagi,” ungkapnya kepada Bisnis.com, Senin (22/6/2020).

Apalagi untuk properti perkantoran, menurutnya saat ini banyak yang tengah mengejar keterisiannya hingga minimal 70 persen. Dengan kondisi ini, menjadi kesempatan bagi tenant atau investor karena ada banyak ruang kantor yang dijual dengan harga lebih rendah.

Adapun, untuk pengembang yang masih punya portofolio properti perkantoran untuk dijual atau disewakan, Bagus menyebutkan bahwa ada dua opsi. Pertama, pemilik properti perkantoran bisa memberikan harga sewa yang lebih fleksibel atau memberikan insentif bayar sewa kepada tenant.

Opsi kedua, adalah bekerja sama dengan operator ruang kerja fleksibel. Namun, sayangnya di Indonesia masih belum bisa dipastikan bahwa bekerja sama dengan operator ruang kerja fleksibel bisa memberikan solusi yang tepat.

“Masalahnya di Indonesia pangsa antara perusahaan multinasional dan start up yang mengisi coworking space masih 20:80 persen, belum lagi kantor yang ada belum boleh full capacity setelah PSBB [pembatasan sosial berskala besar], jadi belum tentu bisa survive juga,” ujarnya.

Berbeda dengan kondisi di negara lain seperti Jepang dan China, yang  setelah lockdown kantornya tetap berkapasitas penuh, sehingga bisa mengandalkan coworking space untuk mematuhi pembatasan sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper