Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan tidak akan meningkatkan ketersediaan bahan baku obat terapi virus corona atau Covid-19.
Plt Direktur Industri Farmasi Kemenperin Adi Rochmanto mengatakan pihaknya hanya akan menjaga ketersediaan bahan baku obat terapi Covid-19 sesuai dengan permintaanya.
Pasalnya, menurutnya, kelebihan produksi dapat menjadi potensi masalah baru jika kapasitas produksi melebihi permintaan.
"Contoh soal chloroquine, sekarang ada sekitar 2 juta tablet teronggok di gudang. Ini harus hati-hati. Jangan berlomba-lomba produksi ternyata tidak diserap," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (18/6/2020).
Adi menyampaikan pihaknya terus memonitor ketersediaan bahan baku obat terapi Covid-19 di gudang-gudang industri. Berdasarkan laporan pabrikan, ujar Adi, ketersediaan bahan baku obat Covid-19 masih cukup.
Adapun, Adi menyatakan pihaknya sudah melakukan kerja sama antar pemerintah (goverment-to-goverment/G2G) dengan negara penghasil bahan baku obat (BBO) seperti India dan China.
Namun demikain, menurutnya, kompetisi untuk mendapatkan BBO Covid-19 cukup sulit lantaran negara produsen dan lnegara lainnya membutuhkan hal yang sama.
Seperti diketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan telah menerbitkan informatorium obat terapi Covid-19. Dalam daftar tersebut, terdapat 12 jenis obat yang diproduksi oleh 113 pabrikan farmasi nasional.
Adapun, obat-obatan tersebut dapat ditemukan dalam 614 obat bermerek dan 232 obat generik. Selama Januari-Mei 2020, telah ada 48 permohonon nomor izin edar (NIE) kepada BPOM terakit penerbitan 12 obat tersebut.