Bisnis.com, JAKARTA – Dunia usaha masih menaruh harap pada perkembangan ekspor produk nasional meski sejumlah program yang disiapkan untuk memacu kinerja menghadapi kendala. Guna menjaga performa, pemerintah diharapkan dapat memberikan fasilitas yang dapat menjaga daya saing produk.
Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik & Hubungan Antar Lembaga Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat membenarkan bahwa produk makanan olahan menjadi segelintir produksi dalam negeri yang memiliki tren kenaikan permintaan seiring dibukanya perekonomian sejumlah negara.
"Memang sejumlah anggota melaporkan permintaan sudah mulai meningkat. Terutama pada produk biskuit dan makanan dengan bahan baku cokelat, teh, dan kopi," ujar Rachmat kepada Bisnis, Minggu (14/6/2020).
Kendati demikian, Rachmat mengaku tak sedikit pelaku usaha yang mengalami kendala permodalan akibat didera penurunan permintaan dalam tiga boleh terakhir. Oleh karena itu, dia berharap pemerintah dapat memberi dukungan dari sisi modal kerja demi menjamin daya saing tetap terjaga.
"Dari sisi bahan baku pun kami harap ada kemudahan karena banyak yang dipasok dari pengadaan impor, seperti gula dan garam yang perizinannya setiap semester," lanjut Rachmat.
Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto tak memungkiri jika volume pasar global bakal berkurang akibat dari Covid-19.
Baca Juga
Kendati demikian, dia masih memasang target optimistis bahwa produk tekstil ekspor Indonesia dapat mengisi pangsa pasar yang lebih besar di negara seperti Amerika Serikat sebagai efek dari hubungan dagang Negeri Paman Sam dengan China yang terganggu.
"Kalau kondisi normal nilai ekspor tekstil Indonesia ke Amerika Serikat memang jauh lebih kecil dibandingkan China, tapi ada peluang untuk merebut market share yang ditinggalkan China karena hubungan dagang kedua negara yang terganggu," ujar Anne.
Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi mengemukakan bahwa misi dagang yang dicanangkan pemerintah masih tetap relevan meski perdagangan global dihadang sejumlah hambatan akibat pandemi.
Menurutnya, keberlanjutan misi dagang tetap diperlukan karena negara-negara yang disasar memiliki potensi dan Indonesia pun memiliki kesepakatan dagang yang dapat dimanfaatkan.
"Tapi di sisi lain kita harus mengambil langkah yang komprehensif untuk mengantisipasi permintaan pasar. Bagaimana pun ada permintaan yang bergeser dan mengarah pada produk-produk esensial," kata Fithra.