Bisnis.com, JAKARTA – Perampingan direksi di tubuh PT Pertamina (Persero) diharapkan dapat mendorong kinerja perseroan lebih lincah, adaptif dan fokus pada inti bisnisnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati optimistis dengan pembentukan lima subholding baru di bawah Pertamina membuat Pertamina Grup menjadi lebih lincah, adaptif dan lebih fokus pada inti bisnisnya.
"Juga lebih tangguh dalam menghadapi transisi menghadapi energi masa depan," tuturnya, saat dihubungi Bisnis.
Adapun, terkait lima subholding migas, Nicke menyebut sudah ada anak perusahaan yang ditugaskan menjadi subholding. Kelima anak usaha tersebut, sudah disetujui menjadi subholding dalam RUPSLB, Jumat (12/6/2020).
Sebelumnya, dalam konferensi pers di Kementerian BUMN, Menteri BUMN Erick Thohir berharap Pertamina tidak hanya lincah, direksi baru kini ditantang untuk membawa kinerja perusahaan terus tumbuh, termasuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi.
“Supaya terjadi transparansi dan akuntabilitas, kami akan targetkan dalam 2 tahun ke depan, ibu Nike [Dirut Pertamina] harus bisa go public-kan satu atau dua sub holding, untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparan,” jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa langkah efisiensi dan rencana initial public offering (IPO) ini bukan diambil secara sepihak oleh Kementerian. Dia menegaskan bahwa strategi ini telah disepakati bersama direksi, komisaris, dan tim konsultan independen.
Erick memaparkan Pertamina akan menjadi holding yang membawahi beberapa sub holding. Hal ini pula yang menjadi alasan, jumlah direksi dipangkas di level holding atau induk.
“Yang di holding itu memang direksinya ya harus enam, tidak boleh kebanyakan,” katanya.
Pada sektor hulu, lanjutnya, Pertamina akan menggabungkan beberapa unit usahanya. Dia menilai saat ini, terlalu banyak lini usaha upstream yang tidak dikonsolidasikan dengan baik sehingga produktivitasnya buruk.
Selain efisiensi, dia mengatakan bahwa penggabungan portofolio beberapa subholding ini juga diharapkan bisa menjadi sarana berbagi pengetahuan dan teknologi. Hal ini diharapkan bisa membuat tingkat lifting minyak minimal tetap terjaga, atau tumbuh.
“Salah satu buktinya lifting minyak kita menurun, artinya apa yang harus dilakukan? Dengan kebijakan yang disatukan, portofolionya disatukan, kita mengharapkan adanya sinergi untuk efisiensi, sehingga lifting minyak bisa minimal stagnan atau naik,” jelasnya.
Menanggapi tantangan Menteri BUMN, Nicke mengklaim pihaknya sudah mempersiapkan rencana investasi agar dapat menghasilkan nilai pasar yang sudah ditargetkan pemegang saham.
"Akuisisi dan IPO menjadi salah satu strategi perusahaan dalam meningkatkan market value-nya," tambahnya.