Bisnis.com, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kembali memangkas target produksi siap jual (lifting) gas bumi tahun ini dengan melihat kondisi pasar yang lesu.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan pada tahun ini akan terjadi penurunan outlook lifting minyak dan gas bumi.
Dia menjelaskan, hal tersebut disebabkan karena adanya dampak dari pandemi Covid-19 dan penurunan harga minyak.
Selain penurunan outlook lifting migas, dampak lain yang berdampak ke kegiatan hulu migas di antara lain adalah penurunan aktivitas operasional, penurunan keekonomian lapangan migas.
Outlook lifting gas bumi yang ditetapkan ialah lebih rendah sebesar 17 persen terhadap target APBN tahun ini sebesar 6.670 mmscfd.
"Gas turun 5.536 mscfd dari target 6.670 mscfd karena faktor offtaker demand user berkurang di beberapa titik dan pembeli atau buyer exsisting sudah minta renegosiasi kontrak," katanya dalam webinar yang digelar APMI, Kamis (11/6/2020).
Baca Juga
Revisi target lifting gas sebelumnya juga pernah dilakukan SKK Migas belum lama ini sekitar periode kuartal I/2020.
SKK Migas memangkas proyeksi lifting migas tahun ini menjadi ke 5727 mmscfd dari target yang ditetapkan dalam dalam Work, Plan and Budget (WP&B) 2020 5959 mmscfd.
Setali tiga uang, target lifting minyak pada tahun ini pun dipangkas menjadi 705.000 barel oil per day (bopd), dari target sebelumnya yakni 725.000 bopd yang mulanya pada WP&B 2020 adalah 735.000 bpod.
Terkait dengan hal tersebut, Julius mengatakan bahwa pihaknya terus berkoodinasi dengan seluruh stakeholder mulai dari pelaku industri hingga pemerintahan.
"Bahwa KKKS negosiasi ulang ini sharing pain, sharinng gain. Kami upayakan tidak ada PHK di industri hulu migas," ungkapnya.