Bisnis.com, JAKARTA – Proyek pembangunan dan pengembangan kilang dinilai masih sangat menarik untuk para investor.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi berpendapat bahwa investasi kilang minyak masiuh sangat menarik bagi para investor.
Kendati membutuhkan dana investasi yang besar dengan pengembalian investasi jangka panjang dengan return yang kecil, tetapi bisnis kilang memiliki kepastian pasar yang berkelanjutan.
"Tidak mengherankan banyak investor asing seperti Aramco, Oman, Dubai, Rusia dan Amerika Serikat ramai-ramai untuk beriventasi di kilang minyak Indonesia. Hanya, proses kerja samanya berlangsung lama," katanya kepada Bisnis, Selasa (9/6/2020).
Menurutnya, pemerintah perlu berkomitmen mendukung investasi kilang mengingat saat ini pengolahan minyak sangat dibutuhkan.
Selain itu, pemerintah harus memberikan sejumlah insentif fiskal dan kemudahan dalam proses pembebasan tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan kilang.
Baca Juga
"Saya prediksikan awal 2021, investor asing akan berbondong-bondong masuk ke Indonesia untuk inves di kilang minyak," jelasnya.
Di lain pihak, Staf Pengajar Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto menuturkan tertarik atau tidaknya investor pada proyek kilang pada prinsipnya sangat sederhana.
Menurut dia, selama pengembalian investasinya sesuai dengan standar kriteria investor dan adanya jaminan kepastian untuk hal tersebut maka proyek tersebut masih sangat menarik.
"Itu saja prinsipnya. Sepanjang aspek itu tidak ada titik terang, maka investor akan lebih mencari investasi lain," katanya.
Sebelumnya, sejumlah mitra strategis dalam proyek pembangunan dan pengembangan kilang yang ditugaskan PT Pertamina (Persero) menyatakan mundur.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang menuturkan bahwa kerja sama tersebut berakhir pada April 2020 setelah diperpanjang pada akhir Desember 2019.
Pada April 2020, pihaknya berkomunikasi secara intens dengan pihak Saudi Aramco untuk meminta kejelasan kerja tersebut. Namun, pihak Saudi Aramco menyatakan mundur dari proyek tersebut.
Ignatius mengungkapkan pihak Aramco memandang proyek Kilang Cilacap tersebut sangat penting bagi Indonesia. Dengan demikian, pihaknya tidak mau menghambat proses pengerjaannya.
"Aramco meyampaikan bahwa silakan dilakukan Pertamina membangun kilang dan mengingat Saudi Aramco masih fokus dengan hal lain silakan untuk melanjutkan, artinya mereka tidak bisa bergabung untuk bekerja sama membangun Kilang Cilacap," jelasnya.
Hal yang sama juga terjadi pada pengerjaan proyek Kilang Bontang karena mundurnya mitra strategis dalam proyek tersebut.
Ignatius Tallulembang menjelaskan bahwa mitra yang terpilih untuk proyek itu menyatakan tidak dapat melanjutkan proyek tersebut, sehingga pada saat ini proyek tersebut ditunda sambil mengkaji ulang.
Hingga saat ini, Overseas Oil and Gas (OOG) LLC adalah mitra yang terpilih untuk proyek Kilang Bontang.
"Kilang Bontang sempat jalan, cuma partner tidak bisa lanjutkan, kita hold dulu, kita kaji, supply demand seperti apa. Kalau sudah clear akan kita bicarakan dgn stakeholder. Kita lihat prkmbangan selanjutnya sesuai kebutuhan," ungkapnya.