Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anak Buah Menko Luhut Optimis Indonesia Tetap Menarik untuk Investasi

Di tengah efek Covid-19 yang membuat perekonomian tertekan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) yang dipimpin Luhut Binsar Pandjaitan tetap optimis Indonesia tetap menarik untuk investasi oleh investor asing.
GEDUNG KEMENKO MARITIM & INVESTASI Bisnis/Himawan L Nugraha
GEDUNG KEMENKO MARITIM & INVESTASI Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) yang dipimpin Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan pandemi Covid-19 mempengaruhi jalannya roda perekonomian nasional. Namun demikian, belum ada pembatalan komitmen investasi asing.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kemenkomarves Septian Hario Seto mencontohkan dua investasi asing di Indonesia hanya dilakukan penundaan pelaksanaan seperti ground breaking pabrik mobil listrik oleh Hyundai Motor Co.

“Ground breaking yang seharusnya dilakukan pada awal kuartal II/2020 ditunda menjadi medio kuartal IV/2020,” ulasnya dalam keterangan tertulis, Selasa (9/6/2020).

Selain itu, investasi pabrik susu senilai Rp4 triliun yang seharusnya dilakukan pada semester I/2020 juga harus dimundurkan. Penundaaan tersebut disebabkan oleh tertundanya pemberangkatan tenaga ahli investasi tersebut ke dalam negeri akibat penutupan penerbangan.

"Dua contoh itu menjadi indikator Indonesia masih menarik untuk investor. Saya menyebutkan kita optimis tapi juga harus tetap hati-hati," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan pandemi Covid-19 memberikan tekanan untuk perekonomian nasional terutama anjloknya permintaan dan produksi. Septian menilai akar kejutan tersebut berasal dari implementasi protokol penguncian.

"Para ahli ekonomi mengatakan krisis ekonomi yang disebabkan Covid-19 ini dampaknya akan sama dengan great depression di tahun 1930an, tak bisa disamakan dengan krisis tahun 1997/1998 atau 2008/2009," ujarnya.

Seperti diketahui, krisis pada 1997/1998 dan 2008/2009 disebabkan kesalahan sistem finansial. Adapun, krisis 1997/1998 secara khusus berdampak pada kasawan Asia TImur dan Asia Tenggara, sedangkan krisis 2008/2009 memiliki dampak khusus pada negara-negara maju di benua Eropa dan Amerika.

Kedua krisis tersebut tidak memiliki dampak langsung pada perekonomian Indonesia. Selain itu, kedua krisis tersebut tidak memiliki dampak langsung terhadap sisi permintaan dan produksi sebuah negara.

Sementara itu, krisis yang terjadi pada tahun ini disebabkan dari sisi kesehatan yang memiliki efek ke seluruh dunia. Artinya solusi krisis saat ini hanya bisa diselesaikan oleh vaksin yang belum ditemukan. Alhasil, implementasi protokol penguncian menjadi cara yang diambil kebanyakan negara.

Dengan demikian, permintaan pada pasar global dan pasar domestik terdampak. Pada saat yang bersamaan, pasokan bahan baku sektor manufaktur pun tersendat. "Sehingga dampak ekonominya cukup signifikan."

Namun demikian, Septian mengatakan Indonesia beruntung mengingat volume pasar domestik yang cukup besar. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I/2020 tetap positif saat mayoritas perekonomian negara lain tumbuh negatif.

"Pemerintah masih optimis dan akan fokus pada investasi yang bersifat strategis. Artinya investasi yang bisa memberi nilai tambah atas kekayaan alam Indonesia, menciptakan pemerataan pertumbuhan, dan menciptakan lapangan kerja," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper