Bisnis.com, JAKARTA - Prospek pasar hunian dengan konsep transit oriented development (TOD) dinilai tergantung dari budaya masyarakat setempat mengingat tujuan utama pengembangan konsep ini adalah meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi.
Director Advisory Service Colliers International Indonesia Monica Koesnovagril mengatakan bahwa di luar negeri, pengembangan konsep hunian TOD lebih mengarah ke segmen pasar menengah hingga menengah ke atas.
"Di luar negeri itu kelas menengah atau menengah atas pun banyak juga yang dibangun dengan konsep TOD karena kalau di luar [negeri] kan orang sudah biasa menggunakan transportasi umum," katanya pada Bisnis.com, Selasa (9/6/2020).
Sementara itu, pasar kelas menengah ke atas di Indonesia masih memilih preferensi lain dalam hal hunian. Monica mengatakan bahwa berdasarkan temuan di lapangan, pasar menengah hingga menengah atas masih kurang tertarik dengan konsep hunian TOD.
"Nah, kalau di sini kalau misalnya kita tanya ke orang-orang kelas menengah ke atas soal keinginan di TOD itu umumnya gak mau karena mereka kemana-mana masih naik mobil pribadi," kata dia.
Dia menyatakan bahwa sebelum adanya Covid-19, hunian berkonsep TOD ini sebetulnya bisa menjawab soal persoalan kemacetan yang selama ini terjadi di kota-kota besar. Namun, dengan adanya Covid-19 dan masa kenormalan baru atau new normal pihaknya masih menyangsikan mengenai prospek pasar TOD.
Baca Juga
Hanya saja, dia meyakini bahwa pasar TOD masih memiliki prospek dalam jangka panjang jika disertai dengan aspek yang mendukung dalam hal pengembangan konsep tersebut.
"Seperti di Hong Kong, proyek pemerintah kerja sama dengan swasta dan itu mixed use," ujarnya.
Sementara itu, Direktur PT Intiland Development Tbk. Archied Noto Pradono mengakui bahwa prospek pengembangan properti berkonsep TOD semakin menjanjikan ke depannya.
Meskipun demikian, dia menyatakan untuk saat ini perusahaan dengan kode saham DILD itu masih menahan ekspansi pengembangan kawasan hunian berkonsep tersebut dan belum merencanakan merambah ke kota lain.