Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah kondisi sektor properti yang carut-marut akibat dihantam wabah Covid-19, ternyata industri properti masih tetap menunjukkan potensi yang kian menggeliat. Tercatat, tren positif sektor properti bahkan terus mengalami kenaikan.
Semenjak merebaknya wabah corona, pasar properti adalah salah satu sektor yang mendapatkan dampak terburuk. Sejumlah pihak terkait mulai dari pengembang, agen, hingga pihak ketiga pun turut merasakan guncangan krisis akibat hantaman pandemi ini.
Namun, ternyata memasuki periode akhir kuartal II/2020, tren pencarian properti justru mengalami perkembangan positif yang cukup signifikan.
Analis 99 Group, yang menaungi portal 99.co dan rumah123.com, mencatat bahwa selama pandemi sektor properti tetap bisa diandalkan dengan adanya peningkatan tren positif dan permintaan pasar terhadap properti terutama dalam beberapa pekan terakhir.
Berdasarkan hasil survei tim analis 99 Group, diketahui bahwa minat pasar terhadap real estate terus mengalami peningkatan. Salah satu variabel survei yang dikaji yakni dengan kata kunci “rumah dijual” pada Mei 2020 mengalami peningkatan pencarian sebanyak 48 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Di awal tahun 2020, terlihat tren pencarian ‘rumah dijual’ mengalami kenaikan yang cukup baik,” tulis Executive Director 99 Group Irvan Ariesdhana dalam keterangan resmi, Senin (8/6/2020).
Selanjutnya, melalui variabel lain seperti aspek demografis, kemampuan finansial, hingga urgensi konsumen atas hunian, secara demografis tercatat 62 persen peserta survei berasal dari Jabodetabek dan sebanyak 66 persen dari mereka berusia antara 21 hingga 40 tahun.
Adapun, dari keseluruhan responden 99 Group, 76 persen di antaranya tengah melakukan pencarian properti dengan preferensi harga tertinggi di kisaran Rp1 miliar – Rp2 miliar dan Rp250 juta – Rp500 juta.
“Pasalnya, meskipun kebutuhan hunian segmen menengah bawah dan menengah atas cukup serupa, namun pengembang juga perlu mempertimbangkan aspek lainnya. Misalnya, aspek pendapatan calon konsumen yang secara langsung berkaitan dengan kebutuhan mereka akan hunian,” jelas Irvan.
Pasalnya, berdasarkan hasil survei tersebut juga diketahui bahwa 57 persen di antara para pencari rumah memiliki pendapatan di bawah Rp10 juta. Dengan kata lain, hasil survei tersebut menunjukkan bahwa potensi properti di segmen menengah ke bawah jauh lebih besar.
“Terlepas dari tujuan konsumen, apakah untuk investasi properti atau untuk hunian pribadi, para pengembang harus bisa menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan konsumen properti saat ini,” imbuhnya.