Bisnis.com, JAKARTA – Industri hilir aluminium telah merumahkan sebagian tenaga kerjanya lantaran utilitas pabrikan yang anjlok akibat virus corona atau Covid-19.
Adapun, sebagian pabrikan akan menghentikan produksi pada bulan ini karena belum ada permintaan baru pada Juli 2020
Asosiasi Produsen Aluminium Extrusi Serta Aluminium Plate, Sheet & Foil (APRALEX Sh&F) mendata saat ini utilitas industri hilir aluminium telah jatuh ke bawah level 50 persen. Adapun, utilitas pabrikan pada kondisi normal berada di kisaran 60-70 persen.
“Jadi, [kondisinya saat ini] sangat kritis. [Alhasil] break event point pabrikan baru mundur dari biasanya 3-4 tahun menjadi 8 tahun. Tapi, siapa yang tahan [menunggu selama itu]?," kata ketua Umum APRALEX Sh&F Abubakar Subiantoro kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).
Abubakar menilai jika utilitas nasional turun ke bawah level 40 persen, pabrikan akan merumahkan sekitar 60-70 persen dari total tenaga kerjanya.
Di sisi lain, Abubakar menilai pabrikan aluminium hilir belum akan berkontribusi pada peningkatan pendapatan pemerintah dari penurunan tarif gas dari US$10/mmbtu ke level US$6/mmbtu. Pasalnya, permintaan produk aluminium hilir pun anjlok.
Baca Juga
Oleh karena itu, Abubakar meminta agar pemerintah memberikan pedoman produksi sektor manufaktur terkait penyesuaian pertumbuhan ekonomi nasional. Abubakar menilai hal tersebut penting lantaran pandemi Covid-19 terjadi di seluruh dunia.