Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PLN Antisipasi Pertumbuhan Listrik Negatif

PLN menyiapkan model bisnis baru seiring beralihnya konsumsi listrik di rumah tangga seiring penerapan bekerja dari rumah (WFH).
Petugas PLN melakukan pemeriksaan listrik dengan protokol kesehatan. Istimewa/PLN
Petugas PLN melakukan pemeriksaan listrik dengan protokol kesehatan. Istimewa/PLN

Bisnis.com, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memperkirakan pertumbuhan permintaan listrik pada tahun ini akan negatif.

Direktur Human Capital Management PT PLN (Persero) Syofvi F. Roekman mengatakan dalam rencana awal, perusahaan manargetkan penjualan listrik dapat tumbuh 4,55 persen.

Rencana kerja ini sulit dicapai dalam waktu dekat mengingat pandemi Covid-19 berdampak pada konsumsi listrik.

"Dengan kondisi covid ini tidak hanya PLN yang hadapi penurunan demand yang cukup signifikan tetapi hampir semua utility in the worldwide alami itu," ujarnya, Selasa (2/6/2020).

Syofvi menyebutkan meski permintaan listrik dalam tekanan, saat ini kebijakan pemerintah untuk work from home (WFH) membuat pertumbuhan listrik terjadi di sektor rumah tangga.

PLN tengah menyiapkan model bisnis yang dapat menyesuaikan dengan pergeseran pola konsumsi ini. Termasuk lini yang berpeluang tumbuh dalam 2-3 tahun ke depan.

Menurut Syofvi, PLN telah menyiapkan tiga skenario recovery pasca Covid-19. Skenario itu meliputi skenario optimis, menengah, dan pesimis. Melihat kondisi yang ada saat ini, skenario yang akan diambil yakni skenario menengah.

"Kemungkinan kita ambil skenario menengah dengan kondisi ini, Pertumbuhan demand tahun ini akan negatif," tuturnya.

Menurut alumnus Universitas Indonesia ini, saat ini peningkatan permintaan listrik semakin sulit terjadi. Dalam rancangan kerja PLN sebelumnya elastisitas listrik berada pada 1 sampai 1,3 kali pertumbuhan ekonomi. Artinya jika pertumbuhan ekonomi dirancang pemerintah tahun ini berkisar pada 5 persen maka estimasinya pertumbuhan listrik berada pada tingkat 5 persen sampai 6,5 persen.

“Dalam lima tahun terakhir [elastisitasnya] 0,8 - 0,9 kali. Jadi semakin difficult to get relevan,” katanya.

Badan Kebijakan Fiskal memperkirakan dalam skenario sangat berat maka ekonomi Indonesia akan minus atau resesi. Namun jika menggunakan skenario berat, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada 2,3 persen.

Dengan menggunakan elastisitas 0,9 maka estimasi pertumbuhan konsumsi listrik akan berada di bawah 2 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper