Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Panasonic Relokasi ke Vietnam, Indonesia Perlu Berbenah

Rencana pemerintah Jepang mempersiapkan dana insentif US$218,6 juta kepada korporasi Jepang yang merealokasikan pabriknya di negara lain tengah menjadi sorotan di seluruh negara Asia.
Model memperlihatkan produk Panasonic di sela-sela Dealers Gathering di Jakarta, Rabu (11/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Model memperlihatkan produk Panasonic di sela-sela Dealers Gathering di Jakarta, Rabu (11/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pemerintah Jepang mempersiapkan dana insentif US$218,6 juta kepada korporasi Jepang yang merealokasikan pabriknya di negara lain tengah menjadi sorotan di seluruh negara Asia.

Belum lama ini Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meminta pada seluruh pemerintah daerah bergegas menyiapkan diri untuk menjawab tantangan dan menangkap peluang dari rencana relokasi pabrik Amerika Serikat dan Jepang dari China.

Namun terbaru bukan dari China, dilansir dari Reuter satu produsen elektronik asal Jepang, Panasonic Corp yang sudah terdengar akan memindahkan produksi kulkas dan mesin cuci yang ada di Thailand ke Vietnam.

"Panasonic akan menata ulang tempat produksi barang putihnya di Asia Tenggara, dan mengalihkan produksi mesin cuci dan lemari es di Thailand ke Vietnam," kata juru bicara perusahaan dikutip Reuters, Jumat (22/5/2020).

Atas keputusan tersebut, Panasonic juga akan memutuskan hubungan kerja dengan 800 karyawannya di Thailand. Juru bicara perusahaan juga memastikan langkah itu merupakan rencana perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya.

Meski begitu, Panasonic akan mencoba menempatkan beberapa pekerja di lini produksi lain berdasarkan kualifikasi mereka. 

Adapun Panasonic Appliances Thailand serta pusat penelitian dan pengembangannya akan resmi ditutup pada akhir Maret 2021. Pasca penutupan itu, perusahaan masih akan memiliki sekitar 13.700 pekerja yang terlibat dalam pembuatan peralatan kecil dan baterai di Thailand.

Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan mengatakan terkait dengan investasi ini memang ada beberapa pertimbangan, antara lain biaya tenaga kerja, kondusif atau tidaknya iklim usaha di negara tersebut dan prospek dari negara tempat mereka berinvestasi.

"Terkait dengan Jepang, memang saat ini ada kecenderungan penurunan realisasi investasi Jepang di Indonesia. Pergeseran itu salah satunya diakibatkan oleh mulai dominan investasi yang berasal dari China, khususnya sejak dicetuskannya Belt and Road Initiative (BRI) akhir 2013," kata Fajar.

Alhasil, lanjut Fajar, masih atau tidaknya Jepang tertarik dengan Indonesia sendiri semua itu tergantung dari faktor domestik di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper