Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha sektor kehutanan mengusulkan sejumlah langkah dan upaya pemulihan kinerja yang terkoreksi sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Salah satuya optimalisasi misi dagang dan promosi produk kayu di luar negeri.
Ketua Umum APHI sekaligus Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) Indroyono Soesilo mengatakan pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan yang berat terhadap kinerja sektor usaha kehutanan. Pasalnya, negara-negara utama tujuan ekspor kayu olahan Indonesia yakni China, Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Korea turut terdampak pandemi tersebut.
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), sampai dengan April 2020 kinerja ekspor kayu olahan Indonesia turun 10 persen. Penurunan ini diikuti pula dengan penurunan kinerja produksi kayu bulat alam sebagai pemasok bahan baku industri sebesar 20 persen.
Indroyono mengusulkan adanya langkah-langkah penanganan dampak pascawabah virus corona mencakup perluasan penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) di tingkat global, penguatan market intelligence produk kayu olahan Indonesia, pertemuan bisnis dan misi dagang ke sentra industri pengolahan kayu serta pemanfaatan Indonesia Timber Exchange (ITX).
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rufi’ie, menyatakan, SVLK strategis menjadi pintu masuk untuk mempromosikan dan memperluas pasar ekspor produk kayu olahan Indonesia.
"Indonesia telah menjadi pelopor dalam penerapan SVLK, dan dari tahun ke tahun ekspor kayu olahan berbasis SVLK menunjukkan tren yang terus meningkat. Kami mendukung pengembangan market intelligence dan pelaksanaan misi dagang ke Indonesia, khususnya untuk mendorong investasi dan perdagangan, serta mempromosikan penerapan SVLK,” kata Rufi’ie seperti dikutip dari siaran persnya (19/5/2020).
Baca Juga
Di sisi lain, Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi, menyambut baik usulan FKMI untuk penguatan ekspor produk kayu olahan Indonesia ke Korea Selatan setelah wabah Covid-19 usai.
Dia menjelaskan bahwa sejauh ini Indonesia merupakan mitra utama perdagangan kayu olahan ke Korea Selatan dengan tren ekspor yang meningkat dan saat ini berada di posisi ketiga terbesar setelah Vietnam dan China.
Hadi menambahkan, potensi perluasan produk kayu olahan Indonesia yang berbasis SVLK ke Korea Selatan sangat terbuka lebar, terlebih sejak Oktober 2018 Korea Selatan sudah memberlakukan undang-undang mengenai Sustainable Use of Timber. Di samping itu, Korea Selatan merupakan negara yang 70 persen dari aktivitas perekonomiannya tergantung dari perdagangan internasional.
“Panel kayu masih menjadi produk ekspor utama Indonesia dan dengan adanya rencana pemberlakuan antidumping untuk produk panel dari Vietnam ke Korea, tentunya ini menjadi peluang bagi Indonesia memperluas pangsa pasar produk panel," ungkap Hadi.