Bisnis.com, JAKARTA – Bakrie Capital Indonesia, Air Products and Chemicals Inc dan PT Ithaca Resources menandatangani perjanjian kerja sama proyek coal to methanol senilai US$2 miliar.
Proyek tersebut adalah wujud upaya pemerintah dalam mengurangi ketergantungan impor methanol.
Methanol sendiri merupakan barang paling strategis bagi Indonesia, tidak hanya untuk memenuhi produk kimia yang dibutuhkan, tetapi juga untuk dukung implementasi program biodiesel.
Selain Coal to Methanol (CTM), gasifikasi batu bara juga dapat mengkonversi batu bara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), yang dapat digunakan sebagai bahan baku LPG, sehingga diharapkan dapat mengurangi impor gas untuk LPG.
Proses produk hilir dari gas ini juga bisa dijadikan amonia hingga pupuk. Juru Bicara Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi mengatakan pemerintah dalam hal ini Menko Maritim dan Investasi gembira mengetahui bahwa proyek ini dapat mengurangi defisit transaksi berjalan Indonesia, dan berpotensi menjadi sumber devisa negara.
“Ini sejalan dengan harapan pemerintah yang terus mendorong produksi nasional dalam berbagai bidang,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (14/05/2020).
Jodi menambahkan perkembangan teknologi yang terus berjalan dan komitmen pemerintah untuk terus mendorong adanya nilai tambah. Kesepakatan ini, diharapkan pula akan terus meningkatkan lapangan kerja dan terutama dalam tahap pembangunan dan operasional nantinya.
“Transfer teknologi dari investor ke perusahaan Indonesia tentu akan saling menguntungkan kedua belah pihak,” tambah Jodi.
Gasifikasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah bahan bakar berbentuk padat menjadi gas, dengan menggunakan reaksi sejumlah campuran zat.
Beberapa waktu lalu PT Pertamina (Persero) juga sudah menjajaki kerja sama bersama PT Bukit Asam Tbk., untuk menciptakan bahan bakar baru dari proses gasifikasi batu bara. Selama ini, pemanfaatan batu bara hanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembangkit listrik, yang memiliki dampak pada polusi.
Namun, dengan adanya gasifikasi, pemanfaatan batu bara diharapkan dapat menjadi lebih rendah emisi, yang berarti lebih ramah lingkungan.
Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama Air Products & Chemicals, Inc. melakukan kerja sama penghiliran batu bara.
Dalam keterangan pers, PT Bukit Asam Tbk, upaya penghiliran batu bara diyakini dapat mengurangi nilai impor gas Indonesia hingga sekitar US$1 miliar per tahun.
Adapun, investasi antara PTBA dan Air Products untuk pengembangan gasifikasi ini adalah US$3,2 miliar. Nantinya, Air Products bertindak sebagai investor di bisnis Upstream dan Downstrem.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin, menyatakan bahwa melalui hilirisasi, batubara berkalori rendah akan diubah menjadi produk lain yang memiliki nilai tinggi dengan menggunakan teknologi gasifikasi.
Teknologi ini akan mengkonversi batubara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG).
Proyek penghiliran batu bara ini direncanakan akan memproduksi 1,4 juta ton DME, 300.000 ton Methanol, dan 250.000 ton MEG. Saat ini studi kelayakan sudah selesai dan masuk ke tahap FEED dan EPC. Pabrik ini diharapkan dapat beroperasi di akhir 2023.
“Hilirisasi ini sesuai dengan corporate tagline kami Beyond Coal di mana Bukit Asam mulai melakukan transformasi untuk memberikan nilai tambah batubara dengan mengolah menjadi produk akhir seperti DME, Methanol, dan MEG,” ujar Arviyan Arifin dalam keterangan pers, Kamis (30/1/2020).
Tak hanya Bukit Asam, Air Products juga menyatakan kesiapannya dalam membangun industri penghiliran batu bara. Pada kesempatan tersebut, Air Products juga menyatakan kesanggupannya dalam hal dukungan pendanaan dari investasi yang diperlukan.