Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gapki Semringah Dengar Rencana Penyaluran Subsidi Untuk Biodiesel

Gapki melaporkan nilai ekspor sawit sepanjang Januari-Maret 2020 tercatat mengalami kenaikan kendati terdapat penurunan dari segi volume.
Petugas mengisi bahan bakar B30 saat peluncuran Road Test Penggunaan Bahan Bakar B30 (campuran biodiesel 30% pada bahan bakar solar) pada kendaraan bermesin diesel, di Jakarta, Kamis (13/6/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Petugas mengisi bahan bakar B30 saat peluncuran Road Test Penggunaan Bahan Bakar B30 (campuran biodiesel 30% pada bahan bakar solar) pada kendaraan bermesin diesel, di Jakarta, Kamis (13/6/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengapresiasi komitmen pemerintah menggulirkan skema subsidi dari APBN 2020 dalam program biodiesel.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan meski belum mendengar secara detail rencana tersebut, tetapi dia menyambut baik karena akan positif untuk sawit. Pemerintah, lanjutnya terbukti konsisten dalam penerapan kebijakan B30.

"Saya kira akan bagus buat sawit, kebijakan pemerintah sejak B20 kemudian B30 meningkatkan penggunaan CPO dalam negeri dan berperan memperbaiki harga sawit," katanya kepada Bisnis, Kamis (14/5/2020).

Meski tak memaparkan data, Mukti memastikan sampai Maret serapan sawit untuk Biodiesel dalam negeri masih oke. Namun, dia enggan menilai alasan BPDP-KS tak dapat memberikan insentif.

Sementara itu, Gapki melaporkan nilai ekspor sawit sepanjang Januari-Maret 2020 tercatat mengalami kenaikan kendati terdapat penurunan dari segi volume.

Data Gapki menunjukkan bahwa volume ekspor selama periode ini berjumlah 7,64 juta ton, turun 16,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, nilai ekspor menembus US$5,32 miliar, naik 9,45 persen dibandingkan Januari-Maret 2019.

Di sisi lain, produksi sawit pada kuartal I/2020 cenderung lebih rendah 14 persen dengan volume total 10,99 juta ton. Konsumsi dalam negeri pun memperlihatkan kenaikan sebesar 7,2 persen yang dipacu oleh peningkatan serapan industri oleokimia.

"Konsumsi minyak untuk pangan dalam negeri turun sekitar 8,3 persen. Sebaliknya konsumsi untuk produk oleokimia naik sebesar 14,5 persen dan konsumsi biodiesel relatif tetap," katanya.

Mukti menjelaskan bahwa ketidakpastian waktu teratasinya pandemi Covid-19 menjelang puasa menyebabkan konsumsi minyak sawit untuk produk pangan menurun. Sebaliknya produk oleokimia naik karena kebutuhan bahan pembersih dan sanitasi meningkat.

Dari 68.000 ton kenaikan konsumsi oleokimia, 55 persen terjadi pada gliserin yang merupakan bahan pembuatan hand sanitizer.

Adapun untuk performa ekspor sepanjang Maret, Gapki mencatat kenaikan ekspor sawit dan turunannya mengalami kenaikan sebesar 185.000 ton dengan kontribusi utama pada ekspor CPO dan oleokimia yang masing-masing mencapai volume total 113.000 ton dan 63.000 ton.

Kenaikan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan Bangladesh, Afrika dan China. Sementara ekspor ke Uni Eropa, India dan Timur Tengah sedikit naik dan ekspor ke Pakistan dan Amerika Serikat mengalami penurunan.

"Kenaikan ekspor ke China karena diiformasikan China telah mulai pulih dari panedemi Covid-19," kata Mukti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper