Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyatakan utiltas pabrikan pada awal kuartal II/2020 anjlok ke bawah level 60 persen. Hal tersebut disebabkan oleh konsumsi semen domestik ekspor yang turun lebih dalam dari bulan lalu.
Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan para pabrikan semen saat ini masih menjaga serapan tenaga kerja. Namun, Widodo tetap meminta agar pemerintah memberikan beberapa insentif untuk meringankan beban pabrikan.
"[Arus kas rata-rata pabrikan] yang jelas sudah mengkhawatirkan bagi para investor pabrik semen yang baru. Harapan dari kami, jangan anggaran infrastruktur dipotong terlalu besar karena untuk pembangunan ekonomi masa depan," katanya kepada Bisnis, Kamis (14/5/2020).
Stidaknya ada tiga pabrikan semen anyar pada tahun ini yang akan beroperasi di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur yakni di Jember, Grobokan, dan Bayat. Berdasarkan penelusuran Bisnis, ada dua pabrikan yang akan mulai beroperasi pada tahun ini di Jember dan Grobogan yakni PT Semen Imasco Asiatic Raya, dan PT Semen Grobokan.
PT Semen Imasco Asiatic Raya tercatat telah menelan investasi senilai Rp5 triliun dan akan memiliki kapasitas terpasang 1,5 juta ton per tahun. Perusahaan patungan antara Hongshi Holding Group dan PT Semen IMASCO Asiatic Indonesia akan memanfaatkan 100 juta ton batu kapur sebagai bahan baku.
Sementara itu, PT Semen Grobogan menelan investasi hingga US$300 juta dengan kapasitas terpasang 5 juta ton. Dengan kata lain, pabrikan semen di Bayat akan memiliki kapasitas terpasang 1,5 juta ton.
Widodo telah meminta pemerintah untuk memberikan keringanan dalam pembayaran biaya produksi, seperti keringanan pelunasan kredit perbankan dan biaya listrik selama Mei-Juni. Widodo menilai hal tersebut penting lantaran investor harus memikul beban bunga bank dan pengembalian modal investasi.
Adapun, Widodo mengemukakan rendahnya konsumsi semen domestik dan ekpor membuat beberapa unit produksi pabrikan harus berhenti. Menurutnya, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. telah menghentikan tujuh unit line, sedangkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. hanya mengoperasi 5 unit pabrik atau 60 persen dari total produksi.
Oleh karena itu, ASI mendata utilitas pabrikan per April 2020 hanya mecapai 57,3% lantaran konsumsi domestik dan ekspor semen yang rendah. Widodo memprediksikan kondisi saat ini akan terus berlangusng hingga akhir semester I/2020 lantaran pemberlakuan PSBB pada pulau-pulau besar di dalam negeri akan terus berlangsung.
"Perkembangan kondisi dan situasi industri semen di indonesia. Cukup memprihatinkan. Kami harapkan musibah Covid-19 ini segera cepat berlalu sehingga konsumsi semen baik domestik maupun ekspor bisa pulih lagi superti tahun lalu," ucapnya.