Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Merangkak Naik, Harga BBM Tidak Perlu Turun

Bloomberg mencatat, pada Senin (11/5/2020), harga minyak jenis Brent berada pada level US$30,23 per barel dan jenis WTI pada level US$24,08 per barel.
Pengemudi ojek online mengisi BBM di salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta, Selasa (14/4/2020). PT Pertamina (persero) membuat program khusus selama masa darurat pandemi virus corona atau Covid-19 untuk para pengemudi ojol. Pertamina meluncurkan layanan khusus untuk para ojol berupa cashback saldo LinkAja dengan maksimal nilai Rp15.000 per hari, untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina melalui aplikasi MyPertamina. Bisnis/Arief Hermawan P
Pengemudi ojek online mengisi BBM di salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta, Selasa (14/4/2020). PT Pertamina (persero) membuat program khusus selama masa darurat pandemi virus corona atau Covid-19 untuk para pengemudi ojol. Pertamina meluncurkan layanan khusus untuk para ojol berupa cashback saldo LinkAja dengan maksimal nilai Rp15.000 per hari, untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina melalui aplikasi MyPertamina. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia yang kembali menghangat menunjukkan bahwa tren pergerakannya masih belum stabil. Dengan demikian, keputusan pemerintah tidak menurunkan harga BBM dinilai sudah sesuai.

Bloomberg mencatat, pada Senin (11/5/2020), harga minyak jenis Brent berada pada level US$30,23 per barel dan jenis WTI pada level US$24,08 per barel.

Direktur Executive Energi Watch Mamit Setiawan menuturkan kebijakan pelonggaran lock down di sejumlah negara membuat harga minyak menghangat karena adanya asumsi pemulihan konsumsi energi.

"Kebijakan pemerintah ataupun badan usaha tidak menurunkan harga BBM merupakan langkah yang tepat,” katanya dalam keterangan resminya, Senin (11/5/2020).

Sementara itu, pemangkasan produksi yang telah diputuskan OPEC+ sebesar 9,7 juta barel per hari pada awal Mei 2020 direspon positif oleh pelaku pasar terlebih dengan adanya lanjut pemotongan yang akan dilakukan pada Juni—Desember 2020 sebesar 7,7 juta barel per hari.

Mamit menjelaskan, dengan adanya pemangkasan produksi, maka nantinya akan terjadi peningkatan permintaan minyak dunia dan akan berdampak kepada harga minyak.

Sementara itu, untuk opsi penurunan harga BBM perlu ditinjau secara objektif dengan melihat sejumlah faktor yang ada.

“Terkait dengan harga BBM saya kira kita harus melihat secara komprehensif terutama untuk Pertamina. Tidak bisa dipisahkan dari sisi Hulu, Hilir maupun untuk Refinery, semua saling kesinambungan,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan tidak akan ada penurunan harga BBM dalam waktu dekat. Pihaknya memilih mencermati dinamika harga minyak dunia hingga Juni mendatang.

"Kami masih mencermati perkembangan harga minyak internasional. Karena Periode mei ini periode dimana OPEC sudah berlakukan pemotongan produksi hariannya, kurang lebih 10 juta barrel per hari, tapi kemarin juga ada berita Rusia belum turun turun," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper