Bisnis.com, JAKARTA – Nilai ekspor sawit sepanjang Januari-Maret 2020 tercatat mengalami kenaikan kendati terdapat penurunan dari segi volume.
Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan bahwa volume ekspor selama periode ini berjumlah 7,64 juta ton, turun 16,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, nilai ekspor menembus US$5,32 miliar, naik 9,45 persen dibandingkan Januari-Maret 2019.
Di sisi lain, produksi sawit pada kuartal I/2020 cenderung lebih rendah 14 persen dengan volume total 10,99 juta ton. Konsumsi dalam negeri pun memperlihatkan kenaikan sebesar 7,2 persen yang dipacu oleh peningkatan serapan industri oleokimia.
"Konsumsi minyak untuk pangan dalam negeri turun sekitar 8,3 persen. Sebaliknya konsumsi untuk produk oleokimia naik sebesar 14,5 persen dan konsumsi biodiesel relatif tetap," kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam keterangan resmi, Jumat (8/5/2020).
Mukti menjelaskan bahwa ketidakpastian waktu teratasinya pandemi Covid-19 menjelang puasa menyebabkan konsumsi minyak sawit untuk produk pangan menurun. Sebaliknya produk oleokimia naik karena kebutuhan bahan pembersih dan sanitasi meningkat.
"Dari 68.000 ton kenaikan konsumsi oleokimia, 55 persen terjadi pada gliserin yang merupakan bahan pembuatan hand sanitizer," lanjutnya.
Adapun untuk performa ekspor sepanjang Maret, Gapki mencatat kenaikan ekspor sawit dan turunannya mengalami kenaikan sebesar 185.000 ton dengan kontribusi utama pada ekspor CPO dan oleokimia yang masing-masing mencapai volume total 113.000 ton dan 63.000 ton.
Kenaikan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan Bangladesh, Afrika dan China. Sementara ekspor ke Uni Eropa, India dan Timur Tengah sedikit naik dan ekspor ke Pakistan dan Amerika Serikat mengalami penurunan.
"Kenaikan ekspor ke China karena diiformasikan China telah mulai pulih dari panedemi Covid-19," kata Mukti.