Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Properti Terkoreksi, Waktu Tepat Beli Hunian?

Koreksi harga diberikan pengembang agar para calon pembeli terutama kalangan end user lebih tertarik membeli properti di saat kondisi seperti saat ini.
Deretan makam dengan latar gedung apartemen di Jakarta, Jumat (14/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Deretan makam dengan latar gedung apartemen di Jakarta, Jumat (14/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Harga properti di semua subsektor tengah mengalami penurunan menyusul lemahnya permintaan akibat tekanan hebat sepanjang tahun ini. Melihat kondisi tersebut, pengembang menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli rumah.

Commercial and Business Development Director AKR Land Alvin Andronicus mengatakan bahwa kondisi pasar properti saat ini terjadi koreksi harga baik di pasar primer maupun sekunder.

"Properti kondisi saat ini terjadi koreksi harga. Untuk pasar primer koreksi terjadi berupa pemberian potongan atau gimik," kata Alvin pada Bisnis, Kamis (7/5/2020).

Dia menjelaskan bahwa di pasar primer, pengembang tidak serta menyatakan penurunan harga atas unit yang dijual karena bakal berdampak pada citra negatif investasi dikemudian hari. Namun, koreksi harga terjadi berupa pemberian diskon atau ekstra gimik.

Kondisi tersebut, menurutnya, terpaksa harus ditempuh oleh pengembang agar para calon pembeli terutama kalangan end user lebih tertarik membeli properti di saat kondisi seperti saat ini.

"Ini yang mempengaruhi hasil akhir penjualan secara volume yang terkoreksi turun cukup besar. Secara umum koreksi harga bisa mencapai 20 persen hingga 25 persen dari daftar harga bahkan bisa lebih jika pembayaran dari pembelian secara tunai keras," ujarnya.

Alvin menilai bahwa dengan kondisi tersebut maka merupakan waktu yang tepat untuk membeli hunian terlebih bagi mereka yang telah merencanakan membeli properti dengan cara tunai mengingat harga yang didapatkan akan lebih murah.

Koreksi harga properti bagi pengembang termasuk hal wajar lantaran akan berdampak pada pendapatan yang saat ini tengah mengalami penurunan. Alvin menyatakan bahwa pengembang harus menjaga arus kas untuk terus mendukung biaya operasional. 

Sementara itu, untuk pasar sekunder, dia menyatakan bahwa pada umumnya penjual sudah sudah banting harga sekitar 20 persen hingga 30 persen dari harga awal. Bahkan, koreksi harga di pasar ini sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir.

"Dan masa kini banyak pengusaha juga menghadapi masalah bisnis yang drop cukup parah, dan terpaksa aset propertinya harus dijual murah agar perputaran arus kas usahanya dapat tetap terdukung," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper