Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang properti di Singapura akhirnya mendapatkan sokongan untuk bertahan menghadapi krisis di tengah wabah virus corona atau Covid-19 dengan pemerintahnya yang memberikan perpanjangan durasi penjualan untuk properti residensial dan juga waktu penyelesaian proyek yang masih berjalan.
Langkah relaksasi yang diumumkan, Rabu (6/5/2020), itu bersifat sementara dan cukup menjadi angin segar bagi industri properti di Negeri Singa.
Aturan lockdown atau circuit breaker yang diberlakukan Singapura sejak bulan lalu hingga 1 Juni mendatang membuat pasar propertinya membeku. Perpanjangan masa circuit breaker tersebut mengancam tingkat penjualan properti residensial yang akan berdampak pada penurunan harga.
Urban Redevelopment Authority (URA) Singapura mencatat harga hunian mengalami penurunan 1 persen pada kuartal I/2020. Pengembang juga umumnya mulai menunda peluncuran produk baru, ditembah dengan ruang pemasaran dan pameran yang diwajibkan untuk ditutup.
Oleh karena itu, Pemerintah Singapura memastikan harga rumah akan tetap sejalan dengan fundamental ekonomi. Adapun, relaksasi sementara ini tidak mempengaruhi relaksasi properti lain yang sudah ada.
Relaksasi yang diberikan antara lain memperpanjang masa penyelesaian proyek properti residensial, komersial, dan industri hingga enam bulan.
Baca Juga
Perpanjangan masa enam bulan tersebut termasuk untuk memulai proyek, penyelesaian, dan penjualan unit-unit di proyek pengembangan yang berkaitan dengan remisi pajak bagi pengembang.
Pemerintah Singapura juga menambahkan bahwa pengembang diharapkan bisa memberikan relaksasi dan dukungan bagi para kontraktornya, terutama pada masa lock down yang membuat pengerjaan pembangunan terganggu.
“Pandemi ini sudah mengganggu rantai pasok dan menciptakan kekurangan lapangan kerja. Aturan circuit breaker juga memberikan dampak pada konstruksi proyek, operasional, dan penjualan pengembang perumahan yang akhirnya berdampak pada masa penyelesaian unit,” tulis URA, dilansir Bloomberg, Jumat (7/5/2020).