Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Adidas Pindah ke Brebes, ada Apa?

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie mengatakan sebagian besar pabrik yang pindah itu dari Banten, sebagian kecil lagi dari kawasan Jawa Barat dan Jawa Timur.
Sepatu Adidas Nite Joger/Adidas
Sepatu Adidas Nite Joger/Adidas

Bisnis.com, JAKARTA — Industri alas kaki mencatat sudah ada sekitar 30 pabrik sepatu yang melakukan relokasi ke Jawa Tengah sejak pertengahan tahun lalu. Tren relokasi pun diprediksi masih akan berlanjut usai kondisi normal ke depan.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie mengatakan sebagian besar pabrik yang pindah itu dari Banten, sebagian kecil lagi dari kawasan Jawa Barat dan Jawa Timur.

Terbaru, relokasi dilakukan oleh PT Shyang Yao Fung yang merupakan pabrikan mitra Adidas dari Banten ke daerah Brebes, Jawa Tengah. Imbasnya Shyang Yao harus melakukan PHK 2.500 karyawan untuk mengimpelemntasikan rencana bisnis relokasinya ini.

"Jadi kalau ada berita yang melakukan PHK Adidas itu perlu saya luruskan, karena Shyang Yao merupakan salah satu industri yang bekerja untuk order dari Adidas. Secara industri UMK yang tinggi dan ditambah kewajiban UMSK menjadikan kawasan Banten kalah kompetitif saat ini," katanya kepada Bisnis, Rabu (6/5/2020).

Firman mengemukakan langkah itu menyusul 25 pabrikan lainnya yang sudah relokasi ke Jawa Tengah sejak pertengahan tahun lalu. Alhasil, sampai saat ini kemungkinan sudah ada 30an pabrik di Jawa Tengah.

Dengan hal itu, tentu industri juga membawa dampak positif bagi Jawa Tengah karena membawa investasi dan membuka lapangan kerja baru di sana. Pasalnya, saat ini 30 persen biaya produksi habis untuk gaji karyawan dan sebenarnya masih bisa dibagi untuk menggerakkan ekonomi daerah.

Alhasil, Firman memproyeksi dalam kondisi normal bisa saja tren relokasi pabrikan di daerah-daerah yang mulai dianggap tidak kompetitif akan berlanjut.

Sebelumnya, Asprisindo mengaku mulai terpapar dampak pandemi Covid-19. Kegiatan ekspor yang tidak normal akibat penguncian sejumlah negara dan penurunan permintaan dalam negeri menjadikan nafas industri hanya akan bertahan tiga bulan lagi.

Firman memaparkan pihaknya baru saja mendata dan melakukan survei kondisi pada anggotanya. Hasilnya, level utilisasi rerata perusahaan saat ini sudah dikisaran 41 persen.

"Perusahaan yang masih beroperasi penuh hanya yang skala besar dan orientasi pada ekspor. Namun, ekspor pun untuk periode Juni belum ada kepastian order," katanya.

Untuk itu, Firman menyatakan perusahaan secara umum masih bisa mempertahankan karyawan dalam kondisi tanpa pemasukan ini hanya untuk tiga bulan ke depan atau sampai Juni. Namun, itu belum menghitung pengeluaran kewajiban THR yang harus dipenuhi pada bulan depan.

Menurut Firman, saat ini Asprisindo menaungi sekitar 300 perusahaan dalam berbagai skala. Secara perhitungan nasional industri ini pun telah menyerap sekitar 800.000 karyawan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper