Bisnis.com, JAKARTA - AirAsia Indonesia saat ini total hanya mengoperasikan tidak lebih dari 10 pesawat penumpang sejalan dengan penghentian operasional layanan berjadwalnya sejak 1 April 2020.
Direktur Utama AirAsia Indonesia Veranita Yosephine Sinaga menjelaskan sebelum diterpa pandemi Covid-19, secara normal mengoperasikan sebanyak 28 pesawat.
"Kurang dari 10 pesawat saat ini. Karena kalau dilihat dari jumlahnya bisa dipakai untuk macam-macam tetapi tingkat utilisasinya rendah. Bisa jadi sepuluh tapi cuma satu kali saja per pesawat," jelasnya, Selasa (5/5/2020).
Bagi maskapai dengan jenis layanan minimum tersebut langkah penutupan operasional layanan berjadwalnya merupakan konsekuensi untuk pencegahan corona. Selain itu emiten berkode saham CMPP juga mengoptimalkan layanan non berjdwalnya yang lebih dapat dikondisikan agar tak terdampak virus corona.
Sejauh ini, Vera menyebutkan efisiensi menjadi langkah yang tak terhindarkan selama masa pandemi ini. Menurutnya dengan pendapatan perusahaan yang hampir nol tetapi biaya-biaya lain masih terus berjalan.
"Kami berupaya mati-matian pagi, siang, sore, malam, untuk memastikan PHK adalah solusi terakhir," imbuhnya.
Baca Juga
Hingga kini, AirAsia pun telah memiliki kesepakatan tersendiri untuk tidak memangkas jumlah karyawannya.
Vera menyebutkan merumahkan karyawannya melalaui Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) belum diambil tetapi lebih ke mempekerjakan karyawan dari rumah (work from home/WFH) dengan adanya pemotongan gaji.
Dia membeberkan adanya pemotongan gaji karyawan. Secara prinsip, jajaran manajemen atas menanggung potongan gaji paling besar yakni 50 persen. Pemangkasan gaji juga dilakukan di jajaran di bawahnya tetapi dengan jumlah nominal yang bervariasi dan lebih rendah.