Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDEF: Konsumsi Kelas Menengah Anjlok Gara-Gara Corona

Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengatakan situasi pandemi virus corona (Covid-19) telah menurunkan tingkat perekonomian dan daya beli masyarakat secara langsung.
Pedagang aneka bahan bumbu masakan tertidur saat menunggu calon pembeli di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan
Pedagang aneka bahan bumbu masakan tertidur saat menunggu calon pembeli di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA-Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan situasi pandemi virus corona (Covid-19) telah menurunkan tingkat perekonomian dan daya beli masyarakat secara langsung.

Hal itu terlihat dari rendahnya realisasi inflasi pada April 2020 atau periode jelang Puasa-Lebaran yang tercatat 0,08 persen (month to month/mtm) dan 2,67 persen (year on year/yoy).

"Ini di luar kebiasaan. Konsumsi masyarakat normalnya meningkat saat bulan puasa. Tahun lalu, inflasi bisa di atas 3 persen, sekarang hanya 2,67 persen," katanya ketika dihubungi Bisnis, Senin (4/5/2020).

Dia menuturkan penurunan daya beli terjadi bukan hanya penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pelarangan mudik untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Apalagi, banyak kelompok masyarakat yang terpaksa harus di-PHK atau dirumahkan karena perusahaan tidak bisa beroperasi normal sejak beberapa waktu lalu.

Menurutnya, penurunan daya beli konsumen, tidak hanya terjadi di kelompok bawah, tetapi kelas menengah. Apalagi, pengeluaran konsumsi rumah tangga selama ini ditopang oleh daya beli kelas menengah.

"Kelas menengah mengalami drop penghasilan. Mereka kini mengandalkan tabungan, sehingga mengurangi konsumsi. Padahal, tahun sebelumnya konsumsi mereka selama Puasa-Lebaran meningkat tajam," imbuhnya.

Berbeda dengan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), kelas menengah tidah mendapat bantuan sosial (bansos) dari pemerintah selama pandemi Corona. Padahal, banyak kalangan menengah yang hampir miskin bahkan jatuh miskin karena ketidakpastian ekonomi.

Dia memprediksi penurunan daya beli masih akan terjadi apabila penanganan Covid-19 dari sisi kesehatan belum bisa dilaksanakan secara maksimal. Salah satu indikatornya yaitu mendatarkan kurva (flattening the curve) untuk kasus positif dan korban meninggal akibat terinfeksi Corona.

"Penurunan daya beli tidak bisa dihindari. Kita belum tahu kapan kurva bisa mendatar dan ekonomi bounce back. Pelemahan daya beli kelas menengah itu terlihat dari anjloknya penjualan motor, mobil, dan ritel," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper