Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Industri Batu Bara Terdampak Corona Hingga Akhir 2020

Pandemi Covid-19 belum memberi pengaruh pada kinerja sektor batu bara di tiga bulan pertama 2020 terutama terkait produksi dan ekspornya.
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources./bumiresources.com
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources./bumiresources.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja sektor batu bara nasional diperkirakan akan terdampak pandemi virus corona (Covid-19) pada April hingga Desember mendatang.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Sektor Minerba Irwandy Arif mengatakan pandemi Covid-19 belum memberi pengaruh pada kinerja sektor batu bara di tiga bulan pertama 2020 terutama terkait produksi dan ekspornya.

"Untuk kuartal II sampai dengan kuartal IV, kami agak was-was juga. Nah, yang akan sedikit was-was adalah bagaimana nasib di 3 kuartal yang akan datang. Untuk kuartal I belum ada pengaruhnya," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (30/4/2020).

Saat ini diperkirakan penurunan ekspor batu bara sekitar 20 persen dan kemungkinan harga batu bara di bulan April dan Mei ini juga mengalami mengalami penurunan sekitar 20 persen.

Adapun berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi ekspor hingga kini mencapai 95,89 juta ton atau sebesar 24,28 persen dari rencana ekspor 395 juta ton.

Realisasi produksi hingga kini mencapai 184,2 juta ton atau sebesar 33,49 persen dari rencana produksi 550 juta ton.

Menurutnya, ada dua penyebab menurunnya kinerja sektor mineral dan batu bara (minerba) di tengah pandemi corona ini yakni kegagalan pasar dan kegagalan kebijakan.

Kegagalan pasar kondisi di mana permintaan dan penawaran tak mengalami keseimbangan. Dia mencontohkan harga minyak dunia yang saat ini anjlok karena pandemi Covid-19.

Hal itu dikarenakan mobilitas pada sektor transportasi serta manufaktur dibatasi, sehingga menyebabkan penurunan permintaan terhadap bahan bakar.

"Sama seperti minyak, sektor minerba juga begitu. Enggak bisa berhenti produksinya, harus dilakukan terus, begitu pasarnya enggak jalan, semua tambang tidak akan berkembang," tuturnya.

Selain itu, dia menilai juga ada kegagalan kebijakan atau peraturan yang disusun pemerintah tak bisa menangani kegagalan pasar tersebut.

"Sebaliknya, malah terjadi hal yang tak diinginkan," katanya.

Dia menambahkan hingga kini, belum ada pengajuan untuk menurunkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).

"Sepetinya belum ada, malah ada yang meminta produksi naik," ucap Irwandy.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper