Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. berupaya melakukan renegosiasi pesawat khususnya tipe Boeing 777 dan CRJ 1000 NextGen untuk mengurangi beban operasional di tengah kondisi sulit pandemi Covid-19.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan telah melakukan renegosiasi tarif sewa pesawat karena dinilai nilainya terlalu tinggi. Terlebih, perseroan diketahui memiliki utang yang sudah jatuh tempo senilai US$500 juta.
"[Boeing] 777 terlalu tinggi, US$1,6 juta bayarnya. Hari ini bisa nego [menjadi] US$800.000. Kami memiliki sepuluh unit, pada dasarnya bayar 2 kali lipat," kata Irfan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR secara daring, Rabu (29/4/2020).
Dia juga akan mengembalikan pesawat CRJ 1000 NextGen yang selama ini dikandangkan alias tidak beroperasi. Jika diterbangkan akan jauh merugikan karena biaya sewa mencapai US$50 juta per tahun.
Pihaknya mengaku telah melakukan renegosiasi sewa pesawat tersebut. Emiten berkode GIAA meminta agar pesawat tersebut dikembalikan ke lessor lantaran sudah memiliki pesawat dengan konfigurasi yang lebih pas.
Maskapai pelat merah tersebut pun melakukan efisiensi produksi, yakni penundaan gaji karyawan, direksi dan komisaris. Namun, pihaknya tetap berkomitmen membayarkan THR karyawan mesik Menteri BUMN sempat memberi instruksi tidka membayarkan THR bagi Direksi dan Komisaris.
Baca Juga
"Kami juga melakukan evaluasi rute-rute mencari jadwal yang lebih pas di setiap perjalanan dan menghentikan rute-rute kerugian," ujarnya.
Saat ini, Garuda memiliki total 139 unit pesawat. Adapun, khusus tipe CRJ 1000NextGen terdapat 18 unit.