Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perdagangan yang Lebih Terbuka Jadi Solusi Memitigasi Dampak Bencana

Kebijakan perdagangan yang terbuka, dinilai akan mempermudah suatu negara memenuhi kebutuhan domestiknya di tengah kondisi kahar.
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan perdagangan Indonesia yang cenderung tertutup, sebelum terjadinya wabah corona, menjadikan RI kesulitan dalam melakukan pengamanan pasokan di dalam negeri, baik untuk pangan maupun peralatan medis.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengatakan, kebijakan perdagangan yang lebih terbuka menjadi hal yang penting dilakukan sebagai bentuk mitigasi dari dampak darii pandemi ini.

Dia mengatakan , seperti yang terjadi di banyak negara, pandemi Covid-19 sudah menyebabkan meningkatnya pelarangan ekspor untuk produk penting seperti  pangan, pasokan medis dan masker. 

Sementara itu sebelum adanya penyesuaian ketentuan perdagangan, impor untuk produk-produk tersebut justru dipersulit dengan adanya penangguhan persyaratan sertifikasi. Pelonggaran persyaratan lisensi untuk impor bawang bombay dan bawang putih pun baru diberlakukan pada awal tahun ini menyusul meningkatnya harga akibat terbatasnya pasokan domestik.

“Pandemi menyebabkan pemerintah perlu mempertimbangkan kembali kebijakan perdagangan yang selama ini dijalankan. Perdagangan yang lebih terbuka perlu ditingkatkan untuk memastikan ketersediaan kebutuhan-kebutuhan penting, seperti masker, peralatan medis dan juga komoditas pangan. Hal itu penting untuk menjaga kestabilan harga dan mendukung mitigasi dampak pandemi,” jelas Felippa, seperti dikutip dari siaran persnya, Jmuat (24/4/2020)

Ketersediaan komoditas pangan yang memadai sangat penting untuk menjaga kestabilan harga, terlebih menjelang Ramadan dan perayaan Idul Fitri di mana terjadi peningkatan permintaan.

Saat ini, beberapa negara sudah mulai membatasi ekspor untuk menjaga ketersediaan pasokan di dalam negeri. Misalnya Vietnam yang sudah menangguhkan kontrak baru untuk ekspor beras.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada  2018 menunjukkan, Indonesia mengimpor 767.180 ton beras dari Vietnam atau setara dengan 34 persen dari total impor beras. Kebijakan penangguhan kontrak baru untuk ekspor dinilai oleh Ann memengaruhi ketersediaan beras dan harganya di Indonesia.

Pemerintah India juga sudah menghentikan beberapa operasi di pelabuhan besar mereka. Indonesia sendiri mengimpor bawang dan daging sapi dari India, dan telah membuat kesepakatan untuk mengimpor 130.000 ton gula pada awal 2020 untuk memenuhi permintaan. 

Impor gula dan daging kerbau dari India juga kini terhambat. Hal ini juga turut berkontribusi pada tingginya harga gula dan daging sapi (yang akan disubstitusikan dengan daging kerbau) di Indonesia.

Felippa menambahkan, perdagangan adalah salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak resesi global akibat pandemi Covid-19.

Untuk jangka pendek, perdagangan akan membantu memastikan pasokan kebutuhan medis dan keamanan pangan. Kebijakan proteksionis hanya akan menunda munculnya goncangan pada perekonomian. 

Menurutnya, membatasi ekspor hanya akan merugikan upaya global kita untuk mengatasi Covid-19. Penutupan ekspor berpotensi menyebabkan krisis pangan global karena kekurangan pasokan berkontribusi besar pada kenaikan harga pangan global.

 “Sementara itu untuk jangka panjang, kita perlu memanfaatkan rantai nilai global (global supply chains) untuk mendorong pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Secara global kita melihat pengangguran massal dan tingkat kemiskinan meningkat. Memastikan pertumbuhan ekonomi sangat penting, dan perdagangan akan mendorong hal tersebut,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper