Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Ventilator Terancam Ketersediaan Bahan Baku

Produksi ventilator di dalam negeri akan menghadapi tantangan bahan baku untuk produksi ventilator.
Vent-I (Ventilator Indonesia)./ Humas ITB
Vent-I (Ventilator Indonesia)./ Humas ITB

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Produsen Alat Kesehatan (Aspaki) menilai produksi ventilator di dalam negeri akan menghadapi tantangan. Pasalnya, tidak semua bahan baku untuk produksi ventilator ada di dalam negeri.

Direktur Eksekutif Aspaki Ahyahudin Sodri menjelaskan setidaknya sebuah ventilator terdiri dari tiga bahan baku, yakni Pneumatic/Valve System, Electronic/Control System, dan Patients Tubing System. Ahyahudin berujar sampai saat ini bahan baku yang tersedia hanya Electronic/Control System.

"Kalaupun kapasitas line production-nya siap, masih jadi pertanyaan apakah komponen-komponen produksi tersebut tersedia atau tidak. Memang sudah ada inisiatif dari Kementerian BUMN dan Kementerian Perindustrian untuk membantu ketersediaan suku cadang," katanya kepada Bisnis akhir pekan lalu.

Ahyahudin menyatakan bahwa PT Schneider Electric Indonesia sanggup memenuhi Electronic/Control System sebagai suku cadang ventilator dalam bentuk Programmable Logic Controller atau PLC. Ahyahudin menilai suku cadng tersebut bisa digunakan lantaran Electronic/Control System yang menjadi standar tidak harus khusus untuk kebutuhan medis.

Adapun, Ahyahudin mencatat kapasitas produksi ventilator per pabrikan mencapai 500-700 unit per bulan. Menurutnya, ventilator yang akan diproduksi merupakan ventilator sederhana atau ventilator Continues Positive Airways Pressure (CPAP).

Ahyahudin menyampaikan ventilator CPAP dipilih untuk diproduksi secara masal lantaran desain produk yang lebih mudah diproduksi, lebih cepat diproduksi, bahan baku yang lebih sederhana dari jenis ventilator lainnya, dan dinilai cocok untuk merawat pasien Covid-19.

Menurutnya, saat ini ada beberapa desain yang sedang diuji sebelum diproduksi secara masal. Ahyahudin mencatat beberapa desain yang sedang diuji erasal dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Ahyahudin berpendapat urgensi kemampuan produksi ventilator di dalam negeri saat ini sangat tinggi. Pasalnya, lanjutnya, negara produsen ventilator seperti Jerman, Italia, Jepang, dan China fokus untuk memasok kebutuhan di dalam negerinya masing-masing.

Ahyahudin mendata saat ini ventilator di dalam negeri hanya ada sekitar 8.000 unit. Adapun, lanjutnya, saat ini fasilitas kesehatan nasional masih membutuhkan lebih dari 1.000 unit ventilator.

Seperti diketahui, Kementerian Kesehatan mendata pada akhir kuartal I/2020 jumlah ventilator di Indonesia berjumlah 8.413 unit yang tersebar di 2.867 fasilitas.

Setelah data tersebut rilis, pemerintah melalui Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sempat mengklaim sudah menambah pasokan sekitar 8.500 unit pada awal April 2020.

Sebuah studi di Wuhan, China, yang dipublikasikan di jurnal ilmiah The Lancet pada Sabtu (15/2), sempat menyimpulkan bahwa sekitar 60 persen dari pasien ICU di RS membutuhkan ventilator. Studi dengan kesimpulan tak beda jauh juga sempat diterbitkan Intensive Care National Audit & Research Centre (ICNARC) menyoal kejadian di Inggris

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper