Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahtera Nabi Nuh, Wabah Corona, dan Tangis Gubernur BI

Seperti kisah Nabi Nuh yang menghitung risiko, kami juga ukur risiko, misalnya bagaimana jika banjir sampai gedung atau gunung. Kami diskusikan skenarionya seperti apa.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan penjelasan pada jumpa pers terkait Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (17/1). Bisnis/Nurul Hidayat
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan penjelasan pada jumpa pers terkait Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (17/1). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat hari ini, Rabu (8/4/2020) Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan curahan hatinya atau curhat. 

Orang nomor satu di Bank Sentral Republik Indonesia ini cukup emosional dalam menyampaikan curhatnya. Dia berkisah tentang kondisi perekonomian di tengah pandemi virus Corona (Covid-19).

"Saya dan teman-teman di BI setiap malam itu nangis. [Covid-19] ini isu yang sangat kompleks. Kita harus berikhtiar semaksimal mungkin," katanya saat rapat kerja secara virtual.

Dia mengatakan menjalin koordinasi intensif dengan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menyiapkan berbagai rencana penyelamatan ekonomi dari Covid-19.

Menurutnya, saat ini empat lembaga yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tersebut masih menyusun semua aturan teknis yang menjadi turunan dari Perppu 1/2020.

"Semua sedang disiapkan. BI, Kemenkeu, OJK, dan LPS akan rapat setelah ini untuk merumuskan semua aturan teknis. Kami janji dua minggu lagi akan update progresnya," jelasnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan BI bersama institusi lainnya, seperti upaya Nabi Nuh yang sedang membangun kapal atau bahtera untuk menyelamatkan umatnya dari air bah. Kapal tersebut harus kuat untuk menghadapi banjir badang. 

"Seperti kisah Nabi Nuh yang menghitung risiko, kami juga ukur risiko, misalnya bagaimana jika banjir sampai gedung atau gunung. Kami diskusikan skenarionya seperti apa," ujarnya.

Perry pun meminta dukungan kepada para anggota dewan agar apa yang sedang diupayakan oleh BI bersama lembaga lain mampu menekan dampak pandemi Covid-19 terhadap penurunan ekonomi dalam negeri. 

Saat ini, pemerintah telah menyediakan dana kesehatan dan jaring pengaman sosial melalui Kementerian Keuangan. BI bersama OJK dan LPS juga menjaga sektor perbankan dan lembaga keuangan lain agar tidak terpukul oleh virus yang berasal dari Wuhan, China tersebut. 

Perry pun berjanji akan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil kebijakan. "Mari kita samakan perspektif, kita berada dalam perahu yang sama. Mari bangun kapal yang kuat dalam mengatasi pandemi ini, supaya bisa menyelamatkan manusia, ekonomi, dan sektor keuangan secara baik," katanya.

Bukan itu saja, Perry juga meminta Komisi XI DPR RI dan segenap masyarakat Indonesia untuk sama-sama berdoa kepada Tuhan agar Indonesia terhindar dari kemungkinan terburuk atau krisis akibat Covid-19.

Dia menilai apapun langkah yang dilakukan KSSK dan institusi lain tidak akan maksimal jika tidak mendapat ridho Tuhan Yang Maha Esa.

"Saya minta, ayo kita semua umat beragama. Silakan berdoa menurut ajaran dan keyakinan masing-masing. Kita sama-sama minta kepada Allah SWT agar kondisi ini bisa segera selesai sehingga bisa menyelamatkan nyawa manusia dan perekonomian," ungkap Perry. 

Adapun, dalam menghadapi efek pandemi corona terhadap ekonomi, BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan juga menggelontorkan likuiditas melalui quantitative easing sekitar Rp300 triliun sejak awal tahun untuk memberikan stimulus bagi sektor riil melalui industri perbankan Tanah Air.

BI juga menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga dunia untuk mendukung cadangan devisa apabila terjadi krisis berkepanjangan. Baru saja BI mendapat komitmen dari The Federal Reverse (The Fed) sebesar US$60 miliar. Fasilitas dana itu dalam bentuk repurchase agreement line (repo line).

Selain dengan The Fed, BI juga mendapatkan repo line dengan Bank for International Settlement (BIS) sebesar US$2,5 miliar. BI juga meraih repo line dari Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) sebesar US$3 miliar dan bank sentral dari sejumlah negara kawasan US$500 juta-US$1 miliar.

Sebelumnya BI telah mengantongi komitmen dari bilateral swap sejumlah bank sentral. Komitmen itu antara lain dari China US$20 miliar, Jepang US$22 miliar, Singapura US$7 miliar, dan Korea Selatan US$10 miliar.

Seperti diketahui, cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 merosot sebanyak US$9,4 miliar menjadi US$121 miliar, posisi terendah sejak Mei 2019. Cadangan devisa turun karena sebanyak US$2 miliar digunakan untuk bayar utang pemerintah jatuh tempo, dan sekitar US$7 miliar untuk stabilisas nilai tukar rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper