Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah kepegawaian di Amerika Serikat merosot bulan lalu, penurunan pertama sejak 2010, di tengah meluasnya dampak pandemi virus corona (Covid-19) terhadap pasar tenaga kerja.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Jumat (3/4/2020), jumlah tenaga kerja yang diupah perusahaan (payroll) anjlok 701.000 pada Maret dari bulan sebelumnya, jauh lebih buruk dari perkiraan median ekonom untuk penurunan sebesar hanya 100.000.
Padahal, rilis laporan tersebut sebagian besar mencakup awal Maret, sebelum penutupan aktivitas bisnis yang dimandatkan pemerintah memaksa banyak perusahaan untuk memberhentikan lebih banyak pekerja.
Sementara itu, tingkat pengangguran melonjak menjadi 4,4 persen, tertinggi sejak 2017, dari level terendah dalam setengah abad yakni 3,5 persen. Tingkat pengangguran diperkirakan akan melonjak melebihi 10 persen dalam beberapa bulan mendatang.
Menyusul laporan ini, imbal hasil Treasury AS turun dan futures saham AS bergerak ke posisi lebih rendah. Bloomberg dollar index pun menggerus kenaikannya sebelum kembali menanjak.
“Penurunan bersama ekonomi yang terdampak ini sangat mengejutkan. Ini seperti angin topan tetapi menghantam seluruh negara pada saat yang bersamaan,” ujar ekonom FS Investments Inc. Lara Rhame, seperti dilansir dari Bloomberg.
Dalam laporan yang sama pada Jumat, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan bahwa jumlah tenaga kerja di industri leisure and hospitality turun sebesar 459.000 pada bulan Maret, sebagai dampak dari wabah corona. Adapun payroll swasta secara keseluruhan turun sebanyak 713.000.
Di sisi lain, jumlah tenaga kerja di pemerintahan bertambah 12.000, dengan peningkatan sebanyak 17.000 untuk pekerjaan sementara terkait dengan penghitungan sensus sepuluh tahun.
Sementara itu, penghasilan per jam rata-rata naik 0,4 persen pada Maret dari bulan sebelumnya dan naik 3,1 persen dari tahun sebelumnya, masing-masing di atas estimasi.
Laporan tersebut dirilis sehari setelah jumlah pengajuan klaim pengangguran dilaporkan mencapai rekor 6,65 juta orang dalam pekan yang berakhir pada 28 Maret.
Lonjakan klaim disebabkan banyaknya toko dan restoran yang terpaksa tutup guna membendung penyebaran corona. Sementara itu, jumlah pengajuan klaim pada pekan sebelumnya direvisi naik menjadi 3,31 juta.