Bisnis.com, JAKARTA — Produsen gula konsumsi optimistis jika impor bahan baku gula dijalankan sesuai dengan rencana tertulis dan kesepakatan bersama maka tidak diperlukan adanya talangan dari gula industri.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengatakan saat ini gula impor memang perlu dimonitor ketersediaanya untuk memenuhi kebutuhan di pasar. Pasalnya Menteri Perdagangan (Mendag) sendiri telah memperkirakan sampai akhir Maret gula impor seharusnya ada 260.000 ton.
"Kalau itu memang sudah datang semua mestinya mengisi kekosongan pasar saat ini meski tidak sekaligus karena harus mengalami pengolahan terlebih dahulu," katanya kepada Bisnis, Kamis (2/4/2020).
Budi mengemukakan pada 9 Maret 2020 juga ada rapat di Bareskrim dan disampaikan stok per hari itu sudah ditambah impor raw sugar yang mendapat surat persetujuan impornya.
Tambah lagi, Mendag juga berencana menerbitkan persetujuan impor sebesar 550.000 ton untuk menambah stok yang ada sampai pabrik-pabrik gula mulai masa giling.
Hal itu juga dilakukan pemerintah sebagai upaya menurunkan harga gula saat ini. Pemerintah juga menargetkan pada Agustus stok gula konsumsi sudah mencapai 670.000 ton.
"Jadi kalau keadaan di atas diikuti dan dimonitor dengan baik, apa masih perlu menugasi AGRI untuk membuat GKP dan yang selama ini sesuai tupoksinya mengolah raw sugar menjadi GKR bukan GKP," ujarnya.
Adapun menurut Budi, mulai giling pabrikan gula diperkirakan baru akan terjadi akhir Mei 2020 ini. Saat ini menurutnya, sesuai rapat koordinasi di Bareskrim senin lalu stok gula gula di pasar sebesar 150.000 ton belum termasuk yang ada di pedagang.
Padahal rerata konsumsi gula per bulan sebesar 230.000-250.000 ton. Pemerintah pun akhirnya memberi penugasan pada Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) untuk mengolah bahan baku gula industri menjadi gula konsumsi sebanyak 235.000 ton.