Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Grounded, Lion Group Hanya Siagakan Pesawat

Pesawat siaga memang dibutuhkan untuk berfungsi sebagai cadangan apabila terjadi kondisi di luar perkiraan (irregularity) terhadap pesawat lain.
Pesawat Lion Air terparkir di Apron Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (17/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pesawat Lion Air terparkir di Apron Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (17/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Lion Air Group mengaku tetap menjalankan operasional penerbangan seperti biasa tanpa ada pengurangan jumlah pesawat yang beroperasi kendati maskapai lain melakukan efisiensi operasional pada masa pandemi virus corona (Covid-19).

Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan pesawat siaga (stand by) memang dibutuhkan untuk berfungsi sebagai cadangan apabila terjadi kondisi di luar perkiraan (irregularity) terhadap pesawat lan. Kondisi tersebut misalnya untuk mengganti pesawat yang mengalami perawatan berjadwal atau yang tidak berjadwal.

"Kira-kira antara 4-6 unit pesawat stand by untuk setiap maskapai anggota Lion Air Group. Operasionalnya disesuaikan dengan pergerakan atau rotasi pesawat pada rute tersebut," kata Danang kepada Bisnis.com, Rabu (1/4/2020).

Saat ini, khusus yang beroperasi di Indonesia, maskapai anggota Lion Air Group terdiri atas Lion Air, Batik Air, dan Wings Air. Jika setiap maskapai memiliki 4-6 unit pesawat siaga, sehingga totalnya menjadi 12 hingga 18 unit pesawat.

Pihaknya menjelaskan perawatan berjadwal biasanya untuk pesawat yang sudah waktunya melakukan pengecekan tertentu yang telah ditentukan secara periodik sesuai dengan masa terbang (flight cycle). Adapun, untuk perawatan tidak berjadwal misalnya ada peristiwa tertentu yang menyebabkan pesawat harus dicek ulang, seperti menabrak kawanan burung (bird strike) atau penggantian suku cadang di luar jadwal.

Fase pemeliharaan tersebut, lanjutnya, membutuhkan waktu hingga beberapa hari karena terkadang harus menunggu suku cadang yang diimpor dari negara pabrikan pesawat.

Danang menuturkan Lion Group memang melakukan pemberhentian sementara untuk sejumlah rute internasional, antara lain tujuan China, Malaysia, dan Arab Saudi. Adapun, untuk rute domestik hanya di wilayah Papua yang berjumlah rata-rata hingga 35 penerbangan per hari.

Dia menjelaskan pemberhentian penerbangan sementara tersebut terjadi karena kebijakan dari pemerintah bukan dari inisiatif maskapai. Kendati demikian, maskapai tetap patuh dan tunduk pada aturan yang berlaku.

"Jumlah pesawat yang stand by itu sudah terukur dan wajar. Tidak ada penambahan jumlah pesawat stand by karena corona," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper