Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pemerintah mendorong perusahaan pelat merah untuk menggalang dana lewat instrumen utang guna membawa devisa masuk ke dalam negeri perlu dipertimbangkan dengan matang.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan akan mendorong perusahaan BUMN dengan peringkat baik untuk emisi obligasi. Hal ini diharapkan dapat membantu ekonomi dari sisi moneter dengan masuknya devisa ke dalam negeri.
Pengamat BUMN sekaligus Kepala Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan bahwa rencana tersebut dipersiapkan dengan matang mengingat kondisi ekonomi yang tengah bergejolak.
“Penerbitan bond oleh BUMN, tentu perlu banyak pertimbangan, terkait kapan waktu yang tepat, juga kalau bond di global saat ini ada oversupply, berapa coupon rate yang menarik bagi investor? dan sebagainya,” jelasnya kepada Bisnis, Jumat (20/3/2020).
Dia mengatakan bahwa penerbitan obligasi oleh perusahaan BUMN juga perlu mempertimbangkan kebutuhan belanja modal dan belanja operasionalnya masing-masing.
Menurutnya, penerbitan obligasi dapat dilakukan dengan baik apabila didasarkan oleh kebutuhan tersebut. Selain itu, penerbitan obligasi juga perlu mempertimbangkan peringkat atau rating BUMN terkait.
Baca Juga
“Yang ideal mungkin BUMN bluechips yang keluarkan bond sehingga coupon rate bisa bersaing . Di luar kelompok tersebut, saya kira biayanya akan mahal sekali,” jelasnya.
Sebelumnya pemerintah telah mendorong sejumlah BUMN untuk melakukan pembelian kembali saham atau buyback. Menurutnya, langkah itu cukup tepat untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran di pasar saham Indonesia.
Selain itu, BUMN didorong untuk membantu penanganan virus corona. Hal ini dilakukan mulai dari meningkatkan utilisasi rumah sakit milik BUMN serta perusahaan farmasi pelat merah.
“Karena BUMN adalah bagian dari instrumen negara maka pemerintah bisa mengutilisasi BUMN untuk kepentingannya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa langkah itu cukup logis diambil oleh pemerintah saat ini. Namun, pemerintah perlu memikirkan pula kepentingan BUMN terkait, khususnya perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Di sisi lain, menurutnya mengisi obligasi saat ini memang dapat menjadi peluang untuk membawa arus modal portofolio ke dalam negeri. Dengan tingkat suku bunga global yang rendah, minat investor global diperkirakan akan cukup tinggi.
“Memang ruang bagi BUMN kita untuk terbitkan obligasi cukup besar terutama BUMN dengan peringkat yang bagus. Seperti Telkom, kita tahu punya leverage rendah, kalau nanti terbitkan obligasi minat global cukup tinggi,” katanya kepada Bisnis, Jumat (20/3/2020).
Selain PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, menurutnya bank-bank BUMN juga punya kemampuan yang baik untuk menerbitkan obligasi. Di luar itu, PT Bukit Asam Tbk. juga dinilai punya ruang yang cukup besar untuk menerbitkan obligasi karena tingkat utang masih rendah.
Kendati demikian, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Hadis Surya Palapa menyatakan perseroan tidak memiliki rencana untuk mengeluarkan obligasi pada tahun ini.
“Belum ada [rencana obligasi], karena kebutuhannya ataupun peruntukannya juga belum ada. Cash perusahaan saat ini masih cukup untuk membiayai proyek-proyek berjalan,” katanya kepada Bisnis, Jumat (20/3/2020).
Salah satu BUMN yang diketahui akan menerbitkan obligasi pada tahun ini adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Direktur Keuangan Jasa Marga Donni Arsal sebelumnya menyatakan perseroan akan menggalang dana Rp5 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Dihubungi terpisah, Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto mengatakan bahwa perseroan tengah memproses rencana tersebut. Namun, hal realisasinya tetap akan disesuaikan dengan kondisi pasar.
“Prinsipnya Jasa Marga memang akan masuk di capital market dan saat ini sedang berproses, namun kita tetap memantau kondisi pasar agar penerbitan yang dilakukan optimal secara size maupun imbal hasil,” ujarnya.