Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Pertama Josua Pardede mengatakan keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen sejalan dengan dampak virus Corona (Covid 19) terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global dan nasional yang diperkirakan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
"Sesuai perkiraan. Keputusan pelonggaran kebijakan moneter BI juga sejalan dengan arah suku bunga bank sentral global yang turun dalam 1-2 bulan terakhir. Bank sentral bahkan AS sudah menurunkan suku bunga acuan 1,5% pada bulan ini," katanya ketika dikonfirmasi, Kamis (19/3/2020).
Penuruan suku bunga acuan, lanjutnya, dilakukan agar bank sentral AS dapat menggelontorkan quantitative easing untuk memberikan stimulus bagi sektor riil.
Langkah The Fed yang agresif direspon juga oleh bank sentral global, yaitu Bank sentral Inggris, Bank of England (BoE) juga menurunkan suku bunganya sebesar 50bps ke level 0,25 persen.
Beberapa bank sentral di kawasan Asia&Pasifik juga turut merespon dimana bank sentral New Zealand memangkas suku bunga acuan 75bps menjadi 0,25 persen, sementara bank sentral Korea memangkas suku bunga 50bps menjadi 0,75 persen, serta bank sentral China juga kembali mengeluarkan stimulus dengan menyuntikkan likuiditas sebesar 100 miliar Yuan.
Dengan pelonggaran kebijakan moneter BI, harmonisasi dengan stimulus fiskal yang bersifat countercyclical seperti yang dirilis dalam paket stimulus jilid 1 dan 2 diperkirakan dapat membatasi potensi perlambatan ekonomi domestik lebih buruk lagi.
Dalam rangka menjaga stabilitas pasar keuangan domestik, BI juga mengeluarkan tujuh bauran kebijakan untuk memitigasi dampak negatif Covid-19 terhadap pasar keuangan Indonesia.
Selain itu, dia juga mendukung langkah BI menurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 dari 3 persen menjadi 2,5 persen dengan pertumbuhan ekonomi China yang diturunkan dari 5,6 persen menjadi 5,1 persen.
Hal tersebut mendorong BI juga merevisi kebawah asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari semula 5,0-5,4 persen menjadi 4,2-4,6 persen pada tahun ini.
"Saya berharap bauran kebijakan BI dapat menjaga confidence pelaku pasar demi mendorong stabilitas pasar dan menjaga likuiditas rupiah dan valas," ujar Josua.