Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Industri Semen Masih Loyo

Penurunan konsumsi semen nasional pada Februari telah melambat menjadi minus 0,1 persen dari posisi Januari yang minus 7,5 persen secara tahunan.
Pekerja memindahkan semen Tonasa (Semen Indonesia Group) ke atas kapal di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (10/6)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Pekerja memindahkan semen Tonasa (Semen Indonesia Group) ke atas kapal di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (10/6)./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Produksi pabrikan semen terus tertekan dari pasar domestik maupun global hingga Februari. 

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat laju penurunan konsumsi semen nasional pada Februari telah melambat menjadi minus 0,1 persen dari posisi Januari yang minus 7,5 persen secara tahunan. Selain itu, volume ekspor yang tadinya melonjak hingga 40 persen pada Januari justru anjlok 27,86 persen menjadi 440.000 pada Februari.

"Sangat disayangkan ekspor semen dan clinker  yang kami harapkan bisa meningkatkan performa industri semen terkendala dengan adannya [virus] corona, sehingga kegiatan ekspor semen maupun clinker ke China turun drastis," jelas Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Senin (16/3/2020).

Menurutnya, merebaknya virus corona membuat negara produsen semen di Asia Tenggara mengalihkan produksinya ke pasar pabrikan semen lokal di pasar global. Adapun, pasar yang dimaksud adalah Bangladesh, Australia, Filipina, dan negara-negara di Afrika.

Widodo berharap agar pandemik virus corona dapat segera usai di pasar global segera usai. Pasalnya, asosiasi menargetkan produksi semen untuk pasar global tahun ini tumbuh 17,18 persen menjadi 7,5 juta ton dari realisasi tahun lalu sebanyak 6,4 juta ton.

Dia menambahkan mewabahnya virus corona  yang menyebabkan berkurangnya mobilitas masyarakat, tidak mengurangi aktivitas pembangunan infrastruktur maupun proyek pembangunan perumahan.

Walaupun ekspor semen pada Februari merosot, perlambatan penurunan produksi semen disebabkan oleh perbaikan konsumsi nasional. Adapun, daerah yang menopang perlambatan tersebut adalah selain pulau Jawa (-2,8 persen) dan Bali dan Nusa Tenggara (-10 persen).

Pertumbuhan konsumsi terbesar dicatatkan di wilayah Maluku dan Papua yakni sebesar 44 persen atau menjadi 282.000 ton pada Februari. Widodo berharap agar proyek infrastruktur di luar pulau Jawa segera berjalan sehingga konsumsi semen tidak turun lebih jauh.

Adapun, konsumsi semen di pulau Sulawesi tumbuh 4,4 persen menjadi 426.000 ton pada Februari. Widodo berujar kenaikan konsumsi tersebut disebabkan oleh proyek pertambangan yang masih berlanjut.

"Kondisi market semen pada awal tahun masih stagnan, belum menggembirakan," ujarnya.

Terpisah, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menyatakan perseroan telah mendistribusikan semen hingga 2,8 juta ton pada Januari-Februari. Namun demikian, perseroan mencatat kinerja tersebut masih lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.

Direktur Indocement Antonius Marcos mengatakan perfroma Indocement saat ini masih sejajar dengan perkembangan secara industri yang masih minus. Pasalnya, lanjutnya, intensitas curah hujan sejak awal tahun lebih besar daripada tahun lalu.

"Curah hujan tahun ini sangat anomali yang menyebabkan musibah banjir se-Jabodetabek sampai beberapa kali. Jabodetabek adalah pangsa utama kami," ujarnya.

Adapun, lanjutnya, Indocement masih meneliti apakan mewabahnya virus corona di dalam negeri mengharuskan adanya revisi target pertumbuhan produksi tahun ini.

"[Pada awal tahun] kami memprediksi [volume produksi] tumbuh 2-3 persen," katanya.

Sementara itu, Direktur PT Semen Bangun Indonesia Agung Wiharto mengatakan produksi semen pada Januari-Februari memang rendah secara historis. Pasalnya, anggaran dan proyek pembangunan oleh pemerintah belum turun dan terealisasi.

Selain itu, tingginya curah hujan pada Februari juga menjadi kontributor rendahnya konsumsi semen pada Januari-Februari.

"Ditambah lagi dengan isu corona yang mulai meninggi sangat berdampak pada penurunan kinerja di semua industri hampir di seluruh dunia," katanya


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper