Bisnis.com, JAKARTA - Ketika pasar properti Asia ambruk karena dihantam pandemi virus corona atau Covid-19, Singapura nyatanya saat ini masih bisa berdiri kokoh, setidaknya untuk jangka pendek.
Berdasarkan laporan Urban Redevelopment Authority (URA) Singapura, penjualan hunian di Negeri Singa itu melonjak 57 persen menjadi sebanyak 975 unit sepanjang Februari 2020 dari 620 unit pada Januari 2020.
Jumlah tersebut tercatat sebagai total penjualan yang tertinggi sejak Februari 2017, di mana properti yang berhasil terjual di Singapura mencapai 979 unit.
Head of Research OrangeTee & Tie Christine Sun mengatakan bahwa rakyat Singapura melihat properti sebagai aset investasi paling aman. Hal ini membuat minat pada properti di Negeri Singa itu tetap bertumbuh ketika perekonomian tengah goyah.
"Banyak investor yang melakukan diversifikasi portofolio asetnya ke aset yang lebih stabil seperti properti di tengah banyaknya ketidakpastian seperti ini," jelas Sun, dilansir Bloomberg, Senin (16/3/2020).
Sun mengatakan, banyak investor yang mengambil uangnya dan memindahkan dari investasi volatil ke investasi ekuitas seperti properti, yang umumnya menawarkan hasil yang pasti untuk jangka panjang.
Baca Juga
Singapura juga tak terhantam Covid-19 sekeras negara Asia lainnya dengan per 15 Maret 2020 tercatat hanya ada 226 kasus tanpa kematian.
Di China sendiri, tempat virus mematikan tersebut berasal, pemerintahnya melakukan penutupan atau lockdown untuk menghambat penyebaran virus. Akibatnya, hunian di sana berhenti bertumbuh pada Februari lalu.
"Di Wuhan, pusat sebaran virusnya, tidak ada catatan penjualan rumah sepanjang Februari," ungkap Sun.
Kemudian, di Hong Kong harga huniannya juga sempat anjlok ke level terendah setahun pada pekan lalu. Selain itu, perlambatan juga diperkirakan akan terjadi pada perekonomian di Thailand karena sebaran Covid-19 membuat daya beli makin terbatas, termasuk untuk pembelian properti residensial.