Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Tekstil Terus Tertekan

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dua artikel industri TPT tumbuh minus secara tahunan pada Januari-Februari 2020.
Pedagang menata kain tekstil di pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (11/2/2020)./Bisnis-Arief Hermawan
Pedagang menata kain tekstil di pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (11/2/2020)./Bisnis-Arief Hermawan

Bisnis.com, JAKARTA - Tekanan pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) diperkirakan akan terus berlanjut yang mengakibatkan revisi target pertumbuhan produksi tahun ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dua artikel industri TPT tumbuh minus secara tahunan pada Januari-Februari 2020. Kedua artikel tersebut adalah alas kaki yang turun 4,75 persen dan pakaian dan aksesorisnya (rajutan) yang merosot 12,33 persen.

"Secara volume ekspor kami pertama turun karena produksi kami terhambat [pada Januari-Februari]. Saya rasa kuartal I/2020 masih turun [nilai ekspornya], sulit untuk positif," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie kepada Bisnis, Senin (16/3/2020).

Firman mengatakan penurunan ekspor pada Februari disebabkan oleh penurunan daya beli yang disebabkan merebaknya wabah corona di China. Sementara itu, China merupakan pasar terbesar pabrikan alas kaki setelah Amerika Serikat.

Adanya penurunan nilai ekspor secara tahunan pada Januari-Februari sebesar 4 persen merupakan angka konservatif. Pasalnya, lanjutnya, sebaran virus corona juga telah mewabah ke pasar utama pabrikan alas kaki seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.

Firman menambahkan bahan baku yang dalam proses pengiriman merupakan hasil produksi sebelum penguncian (lockdown) terjadi di Wuhan, China. Firman menyatakan sebagian produksi bahan baku alas kaki di Negeri Panda masih belum pulih.

Pada awal 2020, Firman optimistis pertumbuhan nilai ekspor dapat kembali rebound atau tumbuh sekitar 12 persen menjadi sekitar US$5 miliar. Namun demikian, Firman mengubah prediksinya pada medio kuartal I/2020 menjadi stagnan.

"[Pertumbuhan nilai ekpor semester I/2020] saya rasa akan turun. Saya masih belum bisa memastikan. Ini kan tergantung penanganan kesehatan kita, apakah pemerintah bisa tuntas [menanganinya] atau Mei-Juni masih berlangsung terus?" ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper