Bisnis.com, JAKARTA - Memasuki Maret 2020, pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) hingga Rp173,77 triliun.
Total penerbitan SBN melonjak dibandingkan awal Februari 2020 dimana penerbitan SBN mencapai Rp103,51 triliun. Dengan ini, terdapat lonjakan penerbitan SBN hingga Rp70,26 triliun dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran.
Penerbitan SBN pada per awal Maret 2020 sudah mencapai 23,63% dari keseluruhan kebutuhan pembiayaan yang mencapai Rp741,84 triliun.
Untuk 2020 ini, 93,1% dari kebutuhan pembiayaan bakal dipenuhi melalui SBN, sedangkan sisanya melalui pinjaman. Secara nominal, SBN yang akan diterbitkan mencapai Rp690,51 triliun sedangkan pinjaman yang akan ditarik mencapai Rp51,32 triliun.
Meski demikian, nominal kebutuhan pembiayaan ini masih mengasumsikan bahwa defisit anggaran pada 2020 ini adalah sebesar Rp307,22 triliun atau 1,76% dari PDB. Padahal, defisit sudah diproyeksikan mencapai 2,5% dari PDB akibat wabah Covid-19 yang bakal menekan penerimaan.
Oleh karenanya, strategi pembiayaan yang tepat sasaran pun perlu disusun dan kebijakan-kebijakan perlu dikeluarkan agar penerbitan SBN tidak membebani anggaran di tahun-tahun ke depan.
Baca Juga
"Bond stabilization framework itu sudah kita bikin. BI juga melakukan yang sama, BI beli SBN pasar sekunder kalau ada dorongan eksesif yang tidak mencerminkan fundamental," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Penerbitannya SBN juga dijaga agar bisa diterbitkan saat kondisi pasar sedang rasional. "Ini masalah timing dan size [penerbitan SBN]," kata Sri Mulyani.