Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan memastikan isu merger antara Gojek dan Grab Indonesia akan berbahaya bagi persaingan industri transportasi daring dalam negeri.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengaku sudah mengetahui adanya isu merger antara dua aplikator transportasi online raksasa di Indonesia tersebut. Namun, bisa dipastikan kabar tersebut tidak benar karena sudah mengkonfirmasi kedua belah pihak.
"Saya sudah konfirmasi ke mereka, enggaklah. Jadi begini, itu bos-bos mereka di Singapura itu saling berteman mungkin suatu saat lagi ketemu lagi makan-makan ini isu mau merger jadi kencang itu," jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu (11/3/2020).
Pihaknya meyakini tidak mungkin kedua perusahaan tersebut melakukan penggabungan perusahaan. Namun, jika benar terjadi hal tersebut merupakan hal yang sangat diantisipasi sejak awal.
Menurutnya, kedua perusahaan ini menguasai pasar industri dan baru muncul pemain baru dalam radar Kemenhub yakni Maxim. Apabila keduanya bergabung, Maxim belum dapat menandingi pengusaaan pasar keduanya.
"Kalau sampai merger jadi satu, bahaya nanti terjadi monopoli menurut saya dijaga saja dua-duanya ini," imbuhnya.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Angkutan Jalan Ditjen Darat Kemenhub Ahmad Yani pun membenarkan kedua aplikator tersebut telah membantah kabar merger. Pihaknya mengklaim sudah berbicara empat mata dengan para aplikator.
"Waktu itu saya diskusi dengan Gojek Indonesia, tidak mungkin [merger] itu hoaks. Gojek sudah bilang hoaks, karena belum pernah ada pembicaraan," ujarnya.