Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja industri kemasan diproyeksi bertumbuh secara organik pada kisaran 6 persen pada 2020 dibandingkan dengan kinerja tahun lalu.
Namun demikian, ancaman minimnya pasokan bahan baku masih membayangi akibat wabah virus corona. Federasi Pengemasan Indonesia meramalkan nilai produksi kemasan pada tahun ini akan tumbuh 6 persen dari realisasi tahun lalu sekitar Rp98,8 triliun.
"Impor bahan kemasan masih besar. Contohnya, [bahan baku] plastik [kemasan] itu 50 persen harus kita impor. Walaupun tidak semua dari China, tapi efeknya ada," kata Direktur Eksekutif Federasi Kemasan Indonesia Henky WIbawa kepada Bisnis, Senin (9/3/2020).
Federasi mencatat kemasan berbahan plastik menopang lebih dari 50 persen dari kemasan yang beredar. Secara komposisi, kemasan plastik fleksibel berkontribusi hingga 45 persen, sedangkan kemasan plastik kaku sekitar 16 persen.
Pada tahun ini, Henky memperkirakan komposisi penggunaan plastik tidak akan berubah. Sementara itu, lanjutnya, dominasi produksi kemasan fleksibel juga akan terus berlanjut.
Seperti diketahui, kemasan fleksibel merupakan kemasan yang umumnya terdiri dari tiga lapisan yang dibuat dari aluminium foil dan plastik. Kemasan fleksibel umumnya digunakan untuk kemasan dalam bentuk saset.
Baca Juga
Henky menyatakan serapan bahan baku saat ini menjadi penting lantaran industri makanan dan minuman (mamin) telah meningkatkan utilitas pabrikan sebesar 30 persen dari bulan biasa sejak Januari 2020.
Pihaknya berharap agar pemerintah membantu memantau pergerakan pasokan bahan baku industri kemasan. Adapun, Henky menyatakan proses produksi industri kemasan sampai saat ini masih aman.
Di sisi lain, Henky menyatakan daya beli konsumen pada tahun ini akan terjaga. Namun demikian, lanjutnya, perubahan gaya hidup konsumen akibat perubahan generasi konsumen akan menjadi tantangan pabrikan kemasan pada tahun ini.
Menurutnya, konsumen pada saat ini cenderung memiliki frekuensi belanja yang lebih cepat dan lebih beragam. Dengan demikian, Henky menyarankan agar pabrikan untuk menyesuaikan permesinan yang dapat mempersingkat waktu produksi dan jumlah jenis kemasan.
"Supply chain [industri] kemasan juga harus berubah . Variasi kemasan semakin banyak dan dibutuhkan lebih cepat," katanya.
Sementara itu, Hengky menyatakan pendorong pertumbuhan produksi akan datang dari segmen produk siap saji. "Kemasan kaku akan tumbuh, baik [berbahan] kertas maupun plastik."