Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona Bisa Menekan Pertumbuhan Ekonomi

Wabah virus corona yang berkepanjangan secara global dan mulai masuknya virus tersebut ke Indonesia, diperkirakan menjadi beban tersendiri bagi perekonomian nasional.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani./JIBI-Dwi Prasetya
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia  bisa terkoreksi seiring merebaknya virus corona atau COVID-19 yang juga turut menyerang Indonesia.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan wabah virus corona yang meluas secara global, telah menjadi beban tersendiri bagi kinerja ekspor dan impor Indonesia. Untuk itu dia menilai pemerintah perlu gerak cepat setelah adanya temuan dua warga Indonesia yang positif virus corona.

“Ya betul [bisa merubah proyek pertumbuhan ekonomi], dibawah 5 persen menjadi sekitar 4,7 persenan tahun ini,” kata Shinta, Senin (2/3/2020).

Dia minta agar pemerintah memberikan arahan kepada masyarakat terkait apa yang perlu dilakukan untuk mencegah terjangkit virus tersebut .

“Sakit ini pun harus dijelaskan yang seperti apa yang perlu diwaspadai, bagaimana menanganinya dan harus dirujuk ke mana orang-orang yang dicurigai terjangkit ini.”

Menurutnya, saat ini yang menjadi fokus adalah mencegah penyebaran penyakit agar tidak meluas. Hal itu dibutuhkan agar Indonesia tidak perlu melakukan karantina satu kota seperti yang dilakukan China karena dampak ekonominya yang cukup besar.

Selain itu pemerintah juga perlu mempertimbangkan perluasan travel ban sementara dari negara-negara yang jumlah penderitanya meningkat untuk mengontrol penyebaran dari pendatang asing, jelasnya.

Dia pun meminta pemerintah mempertimbangkan peluang meminta bantuan dari negara lain untuk membantu mendeteksi wabah tersebut, terutama di tempat-tempat yang diduga memiliki fasilitas kesehatan yang rendah.

“Kalau tidak ditangani dengan transparan dan profesional, distrust di masyarakat akan bertambah dan bisa terjadi kepanikan di pasar seperti yang sempat terjadi di Singapura. Ini harus kita hindari, jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper